digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Morus cathayana merupakan salah satu spesies tumbuhan dari genus Morus yang belum banyak diteliti. Salah satu kelompok senyawa yang dominan dan menarik dari tumbuhan ini adalah adduct Diels-Alder. Berdasarkan kajian literatur, senyawa adduct Diels-Alder ini memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti antibakteri dan sitotoksik. Penelitian lebih lanjut senyawa adduct Diels-Alder pada tumbuhan ini menghadapi tantangan berupa kelangkaannya di alam. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi hambatan ini. Kultur jaringan memiliki kelebihan berupa efisiensi dalam penggunaan lahan, perbanyakan massal, dan konsistensi genetik. Namun, biosintesis metabolit sekunder dalam kultur jaringan biasanya belum optimal dan berbeda dengan tanaman induk, sehingga diperlukan optimasi. Salah satu metode optimasi yang dapat dilakukan adalah elisitasi. Elisitasi memanfaatkan respon pertahanan tumbuhan terhadap stres untuk mempengaruhi produksi metabolit sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh elisitasi asam salisilat terhadap produksi senyawa adduct Diels-Alder dengan pendekatan analisis data multivariat berbasis HPLC. Kultur akar M. cathayana dikultivasi dalam media Murashige Skoog dan dielisitasi dengan asam salisilat pada waktu penambahan yang bervariasi. Analisis HPLC berhasil mendeteksi 52 sinyal metabolit pada ekstrak akar M. cathayana, dengan empat puncak berhasil dikuantifikasi, lima puncak teridentifikasi secara kualitatif, dan 43 puncak masih belum dapat ditentukan identitasnya. Analisis data multivariat menunjukkan bahwa waktu elisitasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap biosintesis sembilan senyawa standar. Uji antibakteri terhadap bakteri E. faecalis menunjukkan zona hambat 11 mm untuk kontrol dan sampel terelisitasi. Pada bakteri P. mirabilis, zona hambat sebesar 10,8 mm untuk kontrol dan 12 mm untuk sampel terelisitasi, namun keduanya tidak menghambat bakteri V. cholerae dan S. aureus. Uji sitotoksik terhadap sel MCF-7 menunjukkan bahwa sampel yang dielisitasi pada minggu keempat menunjukkan efek sitotoksik yang lebih kuat dibandingkan kontrol dengan nilai IC50 4,8 ± 1,36 µg/mL.