Senyawa gaharu merupakan resin aromatik yang dihasilkan oleh famili Thymelaeaceae yang diinduksi oleh stress. Pembentukan senyawa gaharu melibatkan proses yang kompleks. Selain itu, senyawa gaharu dipanen dari batang tanaman sehingga bersifat destruktif terhadap tanaman, membuat produksi gaharu membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini diperparah dengan penurunan populasi tanaman penghasil gaharu. Pada tahun 2019, Aquilaria sp. dan Gyrinops sp sebagai penghasil utama senyawa gaharu tergolong ke dalam Apendiks II dari CITES. Elisitasi biologis menggunakan homogenat miselium (HM) pada kultur kalus tanaman gaharu mampu mempersingkat waktu produksi senyawa gaharu. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kurva pertumbuhan kultur cair kalus G. versteegii, sehingga dapat diketahui fase stasionernya sebagai waktu elisitasi optimum, dan menentukan kadar HM dari jamur Aspergillus niger yang mampu menginduksi produksi senyawa gaharu secara optimum beserta profil senyawa senyawa gaharu yang dihasilkan. Kultivasi jamur A. niger dilakukan selama 3 minggu pada media Potato Dextrose Broth (PDB). Kultivasi kalus dilakukan pada media Murashige-Skoog (MS) cair dengan konsentrasi komponen yang direduksi sebesar 50%. Medium ini kemudian ditambahkan hormon NAA dan BAP dengan rasio 3:0,5 ppm b/b pada suhu ruang dengan agitasi 100 rpm. Kurva pertumbuhan kalus menunjukan fase log pada hari ke-0 hingga 10, fase stasioner pada hari ke- 10 hingga 18, dan fase kematian pada hari ke-18 hingga 22. Hasil ekstraksi maserasi dengan pelarut heksana pada agitasi 100 rpm selama 3 hari menunjukkan kadar HM dengan perolehan tertinggi hingga terendah secara berurutan adalah 8 mg/L, 16 mg/L, dan 4 mg/L dengan perolehan masing-masing 4,281%; 3,444%; dan 2,608% b.k. Profil senyawa hasil GC-MS pada senyawa gaharu dengan variasi HM optimum (8 mg/L) menunjukkan keberadaan 13 senyawa dengan senyawa utama berupa 1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-methylpropyl) ester (DIBP) sebanyak 17,584%.