digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Torang Ulina Sinaga
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

Dalam mengatasi permasalahan limbah cair tahu di Indonesia diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan teknologi fitoremediasi dan pemanfaatan tanaman hasil fitoremediasi. Dalam penelitian ini, rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan tanaman Typha latifolia dimanfaatkan sebagai agen remidiator limbah cair tahu. P. purpureum hasil fitoremediasi selanjutnya difermentasi secara anaerobik untuk menghasilkan biogas dan bioslurry. Bioslurry padat selanjutnya digunakan sebagai pengisi matriks berbahan dasar gelatin untuk menghasilkan biodegradable foam. Pada tahap fitoremediasi variasi limbah cair tahu yang digunakan adalah kontrol, 40%, 60% (V/V). Material tanaman hasil fitoremediasi berbagai variasi digunakan dalam proses anaerobic digestion. Dalam pembuatan biodegradable foam menggunakan massa serat (0,5 g dan 1 g) dari T60%. Hasil fitoremediasi limbah cair tahu dengan remediator P. purpureum dan T. latifolia menunjukkan persentase penurunan tertinggi pada variasi limbah cair tahu varisi 60% untuk BOD, COD, NH3, secara berturut – turut adalah 95%, 95%, dan 99%. P. purpureum memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada variasi T60%, sedangkan T. latifolia pada T40% yang ditunjukkan dari nilai RGR keduanya adalah 0,086 dan 0,059 g. g-1 . hari-1. Volume biogas paling banyak dihasilkan oleh variasi material tanaman dari fitoremediasi limbah 40%, yakni sebanyak 3,57 L. Biodegradable foam dibandingkan dengan flexible polyurethane foam (FPF) berdasarkan karakteristik, Ultimate Tensile Strength (UTS), elongation, modulus elastisitas, biodegradabilitas. Biodegradable foam yang memiliki nilai UTS dan elongation tertinggi dicapai oleh T0,5 dan jika dibandingkan dengan FPF biodegradable foam lebih baik. Nilai modulus elastisitas biodegradable foam lebih kecil dari nilai modulus elastisitas FPF komersial yang mengindikasikan bahan lebih flexible. Biodegradable foam yang dihasilkan dalam penelitian ini membutuhkan waktu penguraian selama kurang dari 7 hari. Berdasarkan parameter tersebut biodegradable foam yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat menjadi FPF komersial yang ramah lingkungan.