digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Laut Natuna adalah wilayah perairan terluar Indonesia yang dilalui oleh salah satu jalur pelayaran internasional terpenting di dunia, The Suez Canal Route, yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa. Jalur pelayaran ini menghubungkan dua Pelabuhan peti kemas terbesar dan terpadat di dunia yaitu Pelabuhan Shanghai dan Pelabuhan Singapore. Selain itu, melalui jalur ini juga didistribusikan setidaknya satu pertiga kebutuhan minyak bumi dan gas alam dunia. Oleh karena itu, wilayah perairan Laut Natuna umumnya dilalui oleh kapal-kapal yang berukuran besar. Padatnya lalu lintas kapal di Perairan Laut Natuna menjadi suatu potensi risiko bagi fasilitas migas lepas pantai yang beroperasi di wilayah tersebut, salah satunya ialah terhadap fasilitas pipa bawah laut. Berdasarkan DNVGL RP-F107, terdapat tiga risiko utama yang perlu dianalisa yaitu: tumbukan jangkar, seretan jangkar, dan tumbukan kapal karam. Maka, pada penelitian ini akan dilakukan penilaian dan analisis risiko kegagalan pipa bawah laut berdasarkan basis data lalu lintas kapal atau data AIS (Automatic Identification System). Pada penelitian ini, data AIS akan diolah dan dianalisis untuk menentukan probabilitas sebaran kapal pada jalur pelayaran utama untuk seluruh area cakupan data, sehingga dapat digunakan untuk menilai risiko kegagalan pipa bawah laut di seluruh area tinjauan. Adapun probabilitas sebaran kapal pada penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan tiga metode yaitu: frekuensi data aktual, uji kecocokan distribusi Gauss multi puncak, dan simulasi probabilistik Monte Carlo. Berdasarkan hasil pengolahan data AIS diketahui bahwa mayoritas kapal bergerak pada jalur pelayaran internasional yaitu pada arah Timur Laut (15° sampai 45°) dan Barat Daya (195° sampai 225°) dengan probabilitas sebesar 77.52% dan menunjukan kecenderungan tren yang tetap setiap tahunnya. Maka dari itu, penelitian ini difokuskan untuk menganalisa pengaruh lalu lintas kapal pada arah dominan terhadap potensi risiko kegagalan pipa bawah laut. Adapun metode perhitungan probabilitas sebaran data kapal dengan menggunakan uji kecocokan distribusi Gauss 5 puncak menunjukan hasil yang lebih akurat ketimbang simulasi Monte Carlo, yaitu dengan galat sebesar 0.01% dan koefisien determinasi sebesar 0.9995. Setelah diperoleh persamaan distribusi Gauss 5 puncak, maka penelitian dapat dilanjutkan untuk menganalisa konsekuensi dan probabilitas kegagalan pipa bawah laut. Pada analisa konsekuensi kegagalan struktural, data kapal diklasifikasikan menjadi minor damage, moderate damage, major damage, dan rupture berdasarkan persentase deformasi terhadap total diameter pipa. Kemudian, pada masing-masing kelas kegagalan struktural tersebut, dilakukan klasifikasi berdasarkan potensi kebocoran pipa menjadi no release, leakage, dan rupture. Sedangkan, analisis probabilitas kegagalan dilakukan untuk setiap kelas konsekuensi dengan memperhatikan probabilitas sebaran kapal, probabilitas terjadinya aktivitas eksternal, dan faktor reduksi. Faktor reduksi yang digunakan pada penelitian ini ialah penggunaan VTS (Vessel Traffic System), kapal patroli, dan mendaftarkan pipa ke peta navigasi pelayaran. Adapun hasil penilaian dan analisa risiko untuk pipa tinjauan mayoritas berada pada tingkat risiko yang masih dapat diterima, kecuali risiko kegagalan pada skenario rupture akibat tumbukan jangkar dan seretan jangkar yang berada pada tingkat ALARP. Terakhir, dilakukan penilaian dan analisis risiko pada dua pipa pembanding lainnya untuk menganalisa relevansi dari penggunaan distribusi Gauss 5 puncak terhadap potensi risiko kegagalan pada pipa lain yang berada disekitar alur pelayaran utama. Berdasarkan hasil analisis perbandingan risiko antar pipa tinjauan dan pipa pembanding, dapat disimpulkan bahwa semakin jauh posisi pipa terhadap pusat alur pelayaran dan semakin besar sudut antara pipa terhadap alur pelayaran, maka frekuensi kapal dapat berkurang secara signifikan dan kategori arah yang mendominasi juga dapat berubah. Oleh karena itu, distribusi Gauss 5 puncak hanya relevan untuk menentukan sebaran kapal pada jalur pelayaran utama di area tinjauan. Sehingga, untuk penentuan probabilitas lalu lintas kapal pada pipa yang relatif jauh terhadap pusat jalur pelayaran, analisis perlu dilakukan dengan memperhitungkan distribusi lokal pada area pipa tersebut.