Kelelahan kerja adalah faktor dominan yang menyebabkan kecelakaan kerja,
termasuk di bengkel alat berat tambang. Secara umum, kelelahan kerja
dipengaruhi oleh kapasitas fisik individu, kecukupan tidur, shift kerja, dan beban
kerja. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan berbagai
indikator untuk mendeteksi kelelahan kerja, dengan hasil yang belum memuaskan.
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara kelelahan kerja dengan
kesiapan kerja harian, kemudian mengembangkan lebih lanjut indikator kelelahan
kerja berbasis kesiapan kerja harian, dengan fokus pada pekerjaan bengkel di
pertambangan. Hipotesis awal yang dikembangkan adalah kelelahan kerja diduga
berhubungan secara signifikan dengan kesiapan kerja harian, suatu konsep yang
masih terbatas dikaji dalam penelitian sebelumnya.
Penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu studi lapangan dan studi
eksperimen. Studi lapangan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kesiapan kerja harian, dan mengkaji hubungan kesiapan
kerja harian dan kelelahan kerja. Studi lapangan ini menggunakan desain
longitudinal study, dan melibatkan 21 partisipan yang bekerja di shift pagi dan
shift malam, dengan jeda pergantian shift selama tiga atau lima hari. Data yang
diambil adalah waktu reaksi rata-rata, jumlah kesalahan total, dan estimasi VO2
maksimum.
Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
shift kerja pada kesiapan kerja harian (p < 0,05). Interaksi shift kerja dan kapasitas
fisik individu berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja harian (p <
0,05), meskipun kapasitas fisik tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kesiapan kerja. Hubungan antara kesiapan kerja harian dan kelelahan kerja
terbukti kuat dan signifikan (r = 0,69; p < 0,05). Teknisi yang memiliki tingkat
kesiapan kerja harian yang lebih baik, ternyata mengalami kelelahan kerja yang
lebih ringan.
Studi eksperimen dilakukan dengan melibatkan 17 partisipan, menggunakan
Vicon motion capture system. Studi eksperimen menerapkan cross sectional study.
Partisipan diminta untuk melakukan simulasi perakitan dan simulasi
pengangkatan material di laboratorium. Partisipan melaksanakan simulasi tersebut
dari kondisi siap kerja sampai mengalami kelelahan. Data yang dikumpulkan
merupakan indikator kinematika, khususnya sudut dan kecepatan sudut, pada lima
titik persendian (sendi siku kiri, sendi lutut kiri, sendi siku kanan, sendi lutut
kanan, dan sendi punggung bawah), yang diduga menjadi alternatif indikator
kesiapan kerja harian. Studi eksperimen ini menggunakan metode validasi
konkuren (concurrent validity test), yakni mengukur korelasi antara indikator
sudut dan kecepatan sudut dengan indikator acuan yang telah teruji (CoP area
95%).
Hasil studi eksperimen pada simulasi perakitan menunjukkan bahwa indikator
kecepatan sudut siku kiri merupakan indikator yang valid dan dapat membedakan
tingkat kesiapan kerja harian (r = 0,53; p < 0,05). Selain itu, kecepatan sudut siku
kiri memiliki nilai sensitivity yang tinggi (75%), dan nilai positive predictability
sangat tinggi (92%). Pada simulasi pengangkatan, empat indikator diketahui valid
untuk mengukur kesiapan kerja harian, yaitu kecepatan sudut siku kiri (r = 0,59),
kecepatan sudut lutut kanan (r = 0,63), kecepatan sudut siku kanan (r = 0,81), dan
kecepatan sudut punggung bawah (r = 0,69). Kecepatan sudut siku kiri, kecepatan
sudut lutut kanan, kecepatan sudut siku kanan, kecepatan sudut punggung bawah
mempunyai nilai sensitivity berturut-turut sebesar 63%, 63%, 50%, dan 63%, serta
nilai positive predictability berturut-turut sebesar 50%, 63%, 50%, dan 56%.
Indikator kecepatan sudut siku kanan merupakan indikator terbaik untuk
mengukur kesiapan kerja harian, karena memiliki nilai korelasi yang paling kuat
dengan indikator acuan (r = 0,81).
Kesimpulan dari hasil studi adalah adanya hubungan yang kuat dan signifikan
antara kesiapan kerja harian dengan kelelahan kerja (r = 0,69; p < 0,05). Semakin
baik kesiapan kerja, maka semakin ringan kelelahan kerja. Selain itu, kesiapan
kerja dipengaruhi oleh shift kerja, dan interaksinya dengan kapasitas fisik
individu. Kesiapan kerja dapat diukur dengan kecepatan sudut sendi siku, pada
sisi tangan yang menahan beban terberat. Pada pekerjaan perakitan, kesiapan kerja
harian lebih baik diukur dengan indikator kecepatan sendi siku kiri. Pada
pekerjaan pengangkutan material, kesiapan kerja lebih baik diukur dengan
indikator kecepatan sendi siku kanan. Selain itu, tingkat kesiapan kerja harian
yang baik cenderung ditunjukkan oleh indikator kecepatan sudut yang rendah.
Indikator kesiapan kerja harian dapat digunakan untuk mendeteksi kelelahan
kerja, karena adanya hubungan kuat dan signifikan antara kesiapan kerja harian
dan kelelahan kerja.