Provinsi Sulawesi Utara terletak di zona seismik aktif sehingga mengalami kejadian gempabumi relatif yang tinggi. Sebaliknya, terjadi ledakan penduduk dan pembangunan infrastruktur yang masif di Provinsi ini. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan kajian seismic hazard analysis dan seismic risk assessment dalam upaya mengurangi dampak yang ditimbulkan. Pada penelitian ini, estimasi PSHA (probabilistic seismic hazard analysis) dari dua model sumber seismik untuk menggambarkan potensi bahaya seismik di Sulawesi Utara. Dari model pertama menggunakan model sumber gempa dari Pusgen (Pusat Gempa Nasional) diperoleh nilai PGA (peak ground acceleration) di Sulawesi Utara adalah dari 0.20 g sampai 0.55 g. Sedangkan distribusi PGA dari model kedua (Hayes,2018) adalah dari 0.25 g sampai 0.60 g. Secara Umum baik model pertama dan model kedua menunjukkan bahaya seismik di Provinsi Sulawesi Utara dominan dipengaruhi oleh aktivitas subduksi Megathrust Sulawesi. Lebih jauh lagi dalam hal seismic risk assessment dari model pertama dan model kedua menunjukan kerugian ekonomi di Kota Manado secara keseluruhan yaitu (IDR 36.692.478.800) dan (IDR 66.036.944.200). Dari kedua model ini juga menjelaskan bahwa kerugian tertinggi berada di pusat Kota seperti Kecamatan Wenang, Singkil, Sario dan Tuminting yang memiliki kerapatan bangunan yang relatif tinggi. Sedangkan wilayah dengan tingkat kerugian rendah berada di Kecamatan Bunaken yang memiliki kerapatan bangunan yang relatif rendah.