Evaluasi stabilitas dinamik bendungan urugan umumnya dilakukan dengan analisis pseudo-statik berbasis metode keseimbangan batas karena sifatnya yang sederhana dan mudah diterapkan. Aspek utama dalam analisis ini adalah penentuan koefisien seismik yang diaplikasikan pada bidang gelincir potensial. Di Indonesia, prosedur tersebut diatur dalam pedoman PdT-14-2004-A mengenai analisis stabilitas bendungan urugan akibat beban gempa. Pedoman ini diadaptasi dari standar desain Jepang Tahun 1992 yang disusun berdasarkan kondisi kegempaan dan geologi setempat, sehingga berpotensi kurang sesuai dengan karakteristik seismik Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian penentuan koefisien seismik pada PdT-14-2004-A terhadap kondisi ground motion di Indonesia dengan studi kasus Bendungan Way Apu.
Analisis dilakukan dengan mengadaptasi metode Ghanbari dan Davoodi (2010), yang mempertimbangkan dua faktor utama, yaitu faktor reduksi percepatan horizontal maksimum di permukaan (?) dan faktor amplifikasi akibat geometri bendungan (?). Parameter ? diperoleh dengan membandingkan koefisien seismik leleh terhadap percepatan horizontal maksimum yang menghasilkan deformasi permanen sebesar 0,3 m berdasarkan analisis deformasi Newmark. Sementara itu, parameter ? ditentukan dari kecenderungan variasi koefisien seismik terhadap elevasi bendungan dengan asumsi linier, menggunakan variasi bidang gelincir pada Y/H = 1, 0,75, 0,5, dan 0,25 sebagaimana diatur dalam Pd T-14-2004-A.
Pemodelan 2D dengan QUAKE/W digunakan untuk analisis rambatan gelombang dan penentuan periode natural bendungan, yang selanjutnya dimanfaatkan dalam seismic hazard analysis guna memperoleh ground motion sintetis sesuai kondisi lokasi. Hasil analisis dibandingkan dengan pendekatan terdahulu (Makdisi-Seed, 1978; Hynes-Griffin, 1984; Bray-Travasarou, 2009; Ghanbari dan Davoodi, 2010; Langit, 2021; Aghnat, 2021) serta pedoman negara lain (Jepang dan India). Temuan penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien seismik yang diperoleh relatif lebih rendah dibandingkan Pd T-14-2004-A, namun mendekati nilai pada pedoman Jepang. Dengan demikian, pedoman Pd T-14-2004-A dapat dikatakan bersifat konservatif, namun tetap relevan sebagai acuan dalam desain stabilitas dinamik bendungan urugan di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB