digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Samuel Gerald Marpaung
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» ITB

Konsep Kota Hijau muncul dilatarbelakangi pertumbuhan kota yang begitu cepat dan mengakibatkan permasalahan perkotaan seperti berkurangnya luasan ruang terbuka hijau serta fenomena perubahan iklim (Ernawi, 2012) . Provinsi DKI Jakarta, sebagai provinsi yang menargetkan penyediaan RTH sebesar 30%, yang terdiri dari 10% RTH Publik dan 20% RTH Privat mengalami tantangan dalam memenuhi kebutuhan ruang hijau perkotaan. Fenomena alih fungsi RTH yang semakin tinggi, kawasan resapan air semakin rendah, serta munculnya lahan terbuka yang belum dimanfaatkan dengan baik milik pemerintah maupun masyarakat menjadi permasalahan yang melatarbelakangi kebutuhan akan penyediaan RTH DKI Jakarta. (Bappeda Provinsi DKI Jakarta, 2016). Transformasi dari wilayah Jabodetabek didorong terutama oleh ekspansi aktivitas ekonomi yang dimanifestasikan kepada pembangunan kompleks industri dan kota satelit. Hal ini berpengaruh pada ekspansi spasial penggunaan lahan campuran yang terjadi di pinggiran Jakarta (Rustiadi dan Panuju, 2002). Berdasarkan hal ini, diperlukan analisis yang menggambarkan proses perubahan lahan DKI Jakarta agar dapat mengestimasikan penyediaan RTH untuk memenuhi kebutuhan ruang hijau perkotaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi penyediaan RTH agar dapat membantu pengambil kebijakan dalam memprioritaskan lahan yang berpotensi untuk dipertahankan maupun dikembangkan sebagai RTH. Wilayah studi ini adalah daratan wilayah Provinsi DKI Jakarta Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Cellular Automata dengan faktor pendorong guna lahan berupa biofisik, aksesibilitas, sosial-ekonomi, sarana prasarana, ketetanggaan, serta kebijakan tata ruang untuk pembatasan perubahan guna lahan. Hasil dari penelitian didapatkan wilayah pinggiran DKI Jakarta diprediksi mengalami alih fungsi lahan, walau memiliki nilai kesesuaian lahan tinggi untuk RTH. Kemudian faktor yang mendorong perubahan RTH berkaitan dengan persentase penyediaan ruang hijau dan keadaan alam yang berkaitan dengan peningkatan suhu temperatur perkotaan DKI Jakarta. Mempertimbangkan potensi penyediaan RTH dapat membantu membentuk kebijakan tata ruang yang lebih akurat agar mendorong instrument kontrol terhadap alih fungsi lahan, terutama dalam Rencana Detil Tata Ruang DKI Jakarta.