Laporan Komisi Nasional Keselamatan dan Transportasi (KNKT) menyatakan
adanya awan konvektif di sekitar wilayah turbulensi yang dialami oleh Batik
Airlines tanggal 24 Oktober 2017. Namun, belum diketahui turbulensi tersebut
dibangkitkan oleh awan konvektif atau faktor yang lain.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data NCEP-FNL, data laporan dari
KNKT, data sounding, dan data Satelite Himawari-8. Penelitian ini terdiri dari 4
tahap. Tahap pertama yaitu melakukan simulasi model WRF-ARW dengan
memodifikasi kerapatan grid vertikal. Kemudian hasil model diverifikasi sehingga
diperoleh simulasi yang paling mendekati observasi. Simulasi tersebut dijadikan
control run pada tahap selanjutnya. Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi
pengaruh aktivitas konvektif dengan 3 jenis eksperimen yaitu CTRL (control run),
NOMP (non-microphysics parameterization), dan NOLH (non-latent heating).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa simulasi 4 dengan konfigurasi eta level
sebanyak 82 dan kerapatan berada di bawah memiliki nilai EDR sebesar 0,22 m2/3
s-1 dengan kategori turbulensi sedang. Turbulensi pada simulasi 4 lebih terlihat jelas
dibandingkan simulasi yang lain berdasarkan hasil verifikasi. Fenomena turbulensi
yang dialami oleh pesawat Batik Airlines tanggal 24 Oktober 2017 adalah NCT.
Keadaan atmosfer tidak stabil sehingga tidak memungkinkan terjadinya fenomena
mountain wave. Penyebab turbulensi didominasi oleh buoyancy yang lebih besar
dibandingkan dengan shear angin. Nilai Ri menunjukkan wilayah tersebut berpotensi menjadi turbulensi dengan intensitas EDR sebesar 0,22 m2/3s-1 dengan
kategori turbulensi sedang.