Cuaca memegang urutan pertama (75% kejadian dari jumlah kecelakaan pesawat) sebagai penyebab kecelakaan pesawat udara. (Hermawan, E., & Abidin, Z. 2010). Berdasarkan laporan pada situs avherald.com, pada tanggal 2 Januari 2018, terjadi turbulensi jenis clear air turbulence (CAT) pada pesawat Batik Air Boeing 737-900 tujuan Surabaya-Jakarta pada pukul 13.28 WIB atau 06.28 UTC pada flight level 230 atau FL230. Turbulensi merupakan fenomena yang menyebabkan ketidakstabilan gerak pesawat dalam penerbangan yang dapat menyebabkan kecelakaan pesawat. Pesawat Batik Air Boeing 737-900 mengalami clear air turbulence pada saat pendakian di ketinggian 7 km. Maka dari itu, dalam penelitian ini akah dilakukan analisis kondisi atmosfer pada saat kejadian dan identifikasi turbulensi untuk mengetahui intensitas turbulensi yang dialami.
Penelitian ini menggunakan data sounding, data citra satelit Himawari-8 dan data NCEP-FNL. Penelitian ini menggunakan metode simulasi Weather Research and Forecasting-Advance Research WRF. Simulasi dilakukan akibat keterbatasan data observasi sehingga dilakukan verifikasi dengan menggunakan nilai korelasi pada variable suhu dan kecepatan angin serta kecocokan antara variable cloudfraction dengan suhu puncak awan.
Turbulensi yang dialami oleh pesawat Batik Air merupakan clear air turbulence dikarenakan tidak adanya awan di daerah tersebut dan parameter richardson number menunjukkan nilai 30, EDR bernilai 0,0046 ????23??????1, Turbulence Index 1 menunjukkan nilai 0 menandakan bahwa pesawat Batik Air mengalami turbulensi sangat lemah.