Cross Equatorial Northerly Surge (CENS) menyebabkan penguatan angin muson
dari utara di sekitar Selat Karimata dan Laut Jawa. CENS sering dikaitkan dengan
hujan lebat di Jawa bagian barat, terutama pada dini hari. Sebagai proses skala meso,
CENS dapat memengaruhi kondisi meteorologi skala mikro seperti fluks turbulensi.
Kampanye pengamatan mikrometeorologi di dua lokasi di Jakarta, yaitu KKP dan
LLH, memberikan peluang untuk mempelajari pengaruh CENS terhadap kondisi
mikrometeorologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana CENS
mengubah fluks turbulensi yang berskala mikro selama musim hujan di Jakarta,
Indonesia.
Penelitian ini difokuskan pada musim hujan, antara Desember sampai Januari,
selama periode 2017-2022. Periode CENS ditentukan menggunakan data angin
permukaan ERA5 pada 105°BT–115°BT dan 5°LS. Fluks turbulensi diestimasi
menggunakan metode eddy covariance (EC) dari data observasi mikrometeorologi
di KKP dan LLH. Kondisi rata-rata meteorologi dan fluks turbulen kemudian
dibandingkan antara periode CENS dan non-CENS.
Walaupun CENS menyebabkan angin utara yang lebih kencang, CENS tidak
memberi pengaruh yang signifikan terhadap fluks momentum turbulen (Fm) di
Jakarta. Namun, fluks panas sensibel turbulen (QH) menunjukkan nilai yang lebih
rendah pada siang hari, yang menunjukkan bahwa CENS mungkin menekan fluks
panas sensibel. Estimasi fluks panas laten turbulen (QL) di LLH juga menunjukkan
nilai yang lebih rendah pada siang hari pada ketika CENS. Namun, pada pagi hari
pada periode CENS, fluks panas laten menunjukkan nilai yang lebih tinggi. Hasil
ini menunjukkan bahwa proses turbulensi daratan dapat menyebabkan hujan lebat
pada pagi hari yang diamati selama periode CENS.