digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan langkah penting untuk memastikan penerapan rencana tata ruang tidak menyimpang. Di Indonesia, penataan ruang saat ini berfokus pada pengendalian karena tingginya tingkat pelanggaran pemanfaatan ruang yang terjadi. Banyak penelitian telah dilakukan terkait pelanggaran ini, namun kebanyakan penelitian masih berfokus pada kasus tertentu secara parsial atau hanya menyoroti pelanggaran di kota, kabupaten, atau wilayah provinsi tertentu. Melakukan perbandingan antar provinsi sebagai kasus akan memperkaya gambaran tentang kondisi pelanggaran tata ruang yang terjadi di Indonesia. Dengan menggunakan metode Analisis Kualitatif Komparatif (QCA), studi ini mencoba mengidentifikasi konfigurasi dari kondisi-kondisi yang mengarahkan pada terjadinya pelanggaran dan lemahnya fungsi pengendalian sebagai hasil akhir. Kondisi-kondisi yang dimaksud di sini adalah faktor-faktor yang terkait dengan pengendalian dalam siklus proses penataan ruang, maupun bagian dari pelaksanaan pengendalian itu sendiri. Terdapat lima kondisi yang akan dianalisis, yaitu: rencana tata ruang, pengaturan, pembinaan, instrumen pengendalian, dan konteks. Berbagai indikator dan sub-indikator akan menjelaskan masing-masing kondisi berdasarkan teori dan literatur. Indikator-indikator dan sub-indikator dari kondisi-kondisi tersebut dikumpulkan dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum kemudian dikalibrasi dan dianalisis menggunakan metode QCA. Dalam analisis QCA, data yang telah dikalibrasi akan dibandingkan untuk menghasilkan konfigurasi solusi. Solusi yang berupa konfigurasi ini lebih lanjut akan menjelaskan hubungan kausal antar kondisi-kondisi dan hasil akhir atau keluaran yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, diperoleh tiga konfigurasi, yang salah satunya merupakan hasil yang berlawanan dengan intuisi atau ekspektasi. Berangkat dari temuan yang tidak searah dengan ekspektasi yang dibangun dari landasan teori, penelitian dilanjutkan dengan studi terhadap kasus yang representatif pada setiap konfigurasi untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang hubungan yang terjadi. Penelitian pada kasus-kasus yang representatif menunjukan kemungkinan adanya intervensi pada solusi yang tidak sesuai ekspektasi dari faktor lain. Studi ini menyimpulkan bahwa kelima kondisi yang dianalisis menyebabkan lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang dengan kombinasi yang berbeda-beda (sebagai INUS atau sufficient conditions). Hasil ini memberikan gambaran dam masukan untuk para pemangku kepentingan dan pelaku penataan ruang, baik di bidang akademisi maupun praktisi, tentang bagaimana memperlakukan setiap kondisi untuk mencegah keluaran yang ingin dihindari dengan berdasar pada hasil analisis dalam penelitian ini.