Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan langkah penting untuk memastikan
penerapan rencana tata ruang tidak menyimpang. Di Indonesia, penataan ruang saat
ini berfokus pada pengendalian karena tingginya tingkat pelanggaran pemanfaatan
ruang yang terjadi. Banyak penelitian telah dilakukan terkait pelanggaran ini,
namun kebanyakan penelitian masih berfokus pada kasus tertentu secara parsial
atau hanya menyoroti pelanggaran di kota, kabupaten, atau wilayah provinsi
tertentu. Melakukan perbandingan antar provinsi sebagai kasus akan memperkaya
gambaran tentang kondisi pelanggaran tata ruang yang terjadi di Indonesia. Dengan
menggunakan metode Analisis Kualitatif Komparatif (QCA), studi ini mencoba
mengidentifikasi konfigurasi dari kondisi-kondisi yang mengarahkan pada
terjadinya pelanggaran dan lemahnya fungsi pengendalian sebagai hasil akhir.
Kondisi-kondisi yang dimaksud di sini adalah faktor-faktor yang terkait dengan
pengendalian dalam siklus proses penataan ruang, maupun bagian dari pelaksanaan
pengendalian itu sendiri. Terdapat lima kondisi yang akan dianalisis, yaitu: rencana
tata ruang, pengaturan, pembinaan, instrumen pengendalian, dan konteks. Berbagai
indikator dan sub-indikator akan menjelaskan masing-masing kondisi berdasarkan
teori dan literatur. Indikator-indikator dan sub-indikator dari kondisi-kondisi
tersebut dikumpulkan dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum kemudian
dikalibrasi dan dianalisis menggunakan metode QCA. Dalam analisis QCA, data
yang telah dikalibrasi akan dibandingkan untuk menghasilkan konfigurasi solusi.
Solusi yang berupa konfigurasi ini lebih lanjut akan menjelaskan hubungan kausal
antar kondisi-kondisi dan hasil akhir atau keluaran yang digunakan. Berdasarkan
hasil analisis dalam penelitian ini, diperoleh tiga konfigurasi, yang salah satunya
merupakan hasil yang berlawanan dengan intuisi atau ekspektasi. Berangkat dari
temuan yang tidak searah dengan ekspektasi yang dibangun dari landasan teori,
penelitian dilanjutkan dengan studi terhadap kasus yang representatif pada setiap
konfigurasi untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang hubungan
yang terjadi. Penelitian pada kasus-kasus yang representatif menunjukan
kemungkinan adanya intervensi pada solusi yang tidak sesuai ekspektasi dari faktor
lain. Studi ini menyimpulkan bahwa kelima kondisi yang dianalisis menyebabkan
lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang dengan kombinasi yang berbeda-beda
(sebagai INUS atau sufficient conditions). Hasil ini memberikan gambaran dam
masukan untuk para pemangku kepentingan dan pelaku penataan ruang, baik di
bidang akademisi maupun praktisi, tentang bagaimana memperlakukan setiap
kondisi untuk mencegah keluaran yang ingin dihindari dengan berdasar pada hasil
analisis dalam penelitian ini.