Secara termodinamika penggunaan teknologi siklus Rankine organik superkritis
untuk pembangkitan daya dari sumber-sumber energi rendah kalori menghasilkan
efisiensi yang lebih tinggi, penghancuran eksergi yang rendah, konstruksi yang
lebih sederhana, dan lebih rendah biaya investasi dan operasional dibandingkan
dengan siklus uap Rankine konvensional maupun siklus Rankine organik
subkritis. Penelitian-penelitian siklus Rankine organik (SRO) superkritis terus
dikembangkan yang meliputi aspek optimasi termodinamika, penentuan fluida
kerja, turbin/ekspander, alat pemindah panas, dan aspek keekonomianya.
Proses perpindahan panas yang terjadi dalam pemindah panas merupakan proses
perpindahan energi dari sumber energi ke fluida kerja organik yang digunakan
sebagai fluida kerja untuk menggerakkan turbin/ekspander guna menghasilkan
daya. Pada tekanan superkritis proses perpindahan panas ini lebih baik
dibandingankan dengan pada tekanan subkritis. Dalam desain pemindah panas
perlu diketahui karakteristik perpindahan panas fluida kerja untuk mendapatkan
kondisi yang optimal. Untuk kondisi subkritis karakteristik perpindahan panas ini
telah tersedia untuk digunakan. Tidak demikian halnya dengan kondisi superkritis,
proses perpindahan panas pada kondisi superkritis sangat komplek dan rumit
dikarenakan tajamnya perubahan sifat-sifat termodinamika dan fisik fluida pada
kondisi ini.
Oleh karena itu penelitian ini menginvestigasi karakteristik perpindahan panas
konveksi paksa dari fluida superkritis yakni propana pada tekanan di atas tekanan
kritisnya atau pada tekanan superkritisnya. Dengan tersedianya karakteristik
perpindahan panas yang tepat untuk suatu fluida organik tertentu pada kondisi
yang spesifik maka dapat dihasilkan pemindah panas yang efisien sehingga dapat
meningkatkan prestasi/kinerja dan nilai ekonomi dari sistem pembangkit siklus
Rankine organik superkritis. Dalam penelitian ini juga dilakukan perumusan
korelasi bilangan Nusselt baru yang mampu secara akurat memprediksi nilai
koefisien perpindahan panas konveksi paksa.
Penelitian ini dilakukan secara teoretis dan numerik. Secara teoretis dilakukan
perhitungan dan analisa termodinamika untuk menentukan prestasi SRO superkritis dari 10 fluida organik dengan memvariasikan tekanan fluida, fluks
massa dan fluks panasnya. Kajian literatur dan teoretis juga dilakukan untuk
menentukan korelasi-korelasi bilangan Nusselt yang telah dipublikasi dan dapat
digunakan untuk menghitung nilai koefisien perpindahan panas (heat transfer
coefficient/HTC) konveksi paksa dari fluida organik pada tekanan superkritis.
Secara numerik nilai HTC dan karateristik perpindahan panasnya diperoleh
melalui simulasi CFD dengan model turbulensi k - ????. Proses perpindahan panas
dari oli termal yang mengalir dalam annulus HE tipe pipa ganda aliran
berlawanan arah ke aliran propana dalam pipa berdiameter 8 mm dimodelkan
dengan model 2D menggunakan sumbu simetris. Hasil perhitungan HTC dari
simulasi CFD ini digunakan sebagai data untuk merumuskan korelasi bilangan
Nusselt baru menggunakan metoda curve fitting. Selanjutnya nilai HTC yang
dihitung dari korelasi bilangan Nusselt baru di validasi menggunakan data HTC
dari simulasi CFD yang telah divalidasi dengan data eksperimental yang berupa
grafik dan juga divalidasi dari hasil hitungan menggunakan korelasi lain yang
telah dipublikasi.
Hasil yang didapat dari studi teoretis adalah bahwa untuk sumber energi rendah
kalori, R-290 menghasilkan kerja bersih isentropis yang lebih baik dari R-
1270, R-134a, dan R-227ea baik untuk tekanan subkritis, tekanan kritis,
maupun tekanan superkritis, namun efisiensinya masih di bawah R-134a.
Korelasi bilangan Nusselt baru yang mampu untuk memprediksi nilai
koefisien perpindahan panas konveksi pada tekanan superkritis telah
didapatkan dalam penelitian ini, korelasi ini memiliki nilai kesalahan standar
estimasi dan koefisien korelasi sebesar Sy/x = 0,0333 dan R = 0,9875 dan
telah divalidasi menggunakan persamaan korelasi yang telah dipublikasikan
dan data-data hasil simulasi CFD. Peningkatan tekanan superkritis akan
mereduksi kenaikan dan penurunan koefisien perpindahan panas konveksi
paksa di sekitar temperatur pseudo-critical propana sedangkan peningkatan
fluks massa akan meningkatkan HTC. Peningkatan fluks massa juga
mengurangi temperatur propana keluar supercritical heat exchanger (SHE).
Perbandingan fluks massa propana dengan fluks massa oli termal (sebagai
sumber panas/energi) dengan temperatur maksimum 150oC terbaik adalah
sebesar 1:5. Perbandingan nilai HTC dari korelasi bilangan Nusselt baru
dengan HTC R-134a dan propana pada berbagai variasi tekanan superkritis
dan fluks massa memiliki penyimpangan antara -30% sampai 20%.