digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


Cover_Dinda Kurnia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 1_Dinda Kurnia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 2_Dinda Kurnia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 3_Dinda Kurnia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Bab 4_Dinda Kurnia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Pustaka_Dinda Kurnia
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan

Trend back to nature membuat penggunaan obat tradisional semakin diminati, namun sayangnya tanaman obat di Indonesia masih banyak yang belum dikembangkan menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Penelitian sebelumnya menunjukkan potensi aktivitas beberapa tanaman terhadap salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, yaitu hipertensi. Untuk menginventarisasi kegunaan dan efek tanaman dengan cakupan yang lebih luas dilakukan kajian literatur mengenai aktivitas farmakologi tanaman saffron, pegagan, mimba, goji berry, dan kemenyan terhadap penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia yaitu diabetes melitus, iskemia jantung, stroke, hipertensi, sirosis, dan PPOK. Penelusuran dilakukan menggunakan mesin pencari PubMed dalam rentang tahun 2016-2021 dan didapatkan jurnal yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 126 jurnal secara berurutan saffron, pegagan, mimba,goji berry, dan kemenyan 56, 30, 15, 24, dan 14 jurnal. Hasil menunjukkan saffron berpotensi untuk penyakit stroke, iskemia jantung, diabetes melitus, hipertensi, sirosis , dan PPOK; pegagan untuk penyakit iskemia jantung dan diabetes melitus; mimba untuk penyakit diabetes melitus; goji berry untuk stroke, iskemia jantung, dan diabetes melitus; dan kemenyan untuk penyakit diabetes melitus dan sirosis. Hasil studi merekomendasikan Crocus sativus L. berupa produk Safrotin dan Azadirachta indica A.Juss untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus serta Lycium barbarum L. untuk menurunkan kadar serum HIF 1? pada pasien PPOK. Tanaman lain yang telah diuji secara preklinik belum diteliti lebih lanjut untuk dimanfaatkan oleh manusia sehingga bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu uji klinis.