digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyakit infeksi merupakan salah satu ancaman kesehatan yang terus berkembang dari tingkat keparahan rendah hingga kematian. Mikroba selalu beradaptasi dengan lingkungannya dan menghadirkan mekanisme resistensi terhadap antibiotik yang tersedia. Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan salah satu mikroba yang dapat terinternalisasi ke dalam sel dan mengelabui sistem kekebalan inang. Rifampisin merupakan salah satu zat aktif yang memiliki aktivitas melawan infeksi S. aureus namun memiliki daya penetrasi intraseluler dan stabilitas yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan rifampisin menjadi serbuk nanopartikel lipid yang stabil dan dapat berpentrasi ke dalam sel. Proses pengeringan dilakukan dengan metode kering beku dengan penambahan krioprotektan glukosa dan trehalosa pada konsentrasi tertentu. Stabilitas formula dievaluasi dengan menganalisis besarnya ukuran partikel selama 2 bulan. Aktivitas antimikroba formula dianalisis dengan menghitung jumlah koloni intraseluler dengan metode ALT paska pemberian nanopartikel lipid ke sel epitel paru A549 yang diinfeksi S. aureus, dikonfirmasi juga dengan pengamatan mikroskop konfokal dan uji viabilitas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penambahan krioprotektan glukosa 5% pada formula nanopartikel lipid terkonjugasi kitosan acemannan menghasilkan serbuk kering dengan ukuran partikel 340.2+38.11 nm, indeks polidispersitas 0.264+0.034, zeta potensial sebesar -25.77±0.384 mV dan tidak ada perubahan ukuran partikel signifikan selama 2 bulan. Konjugasi dan pemberian krioprotektan berperan penting dalam menjaga stabilitas nanopartikel lipid. Uji aktivitas antimikroba ekstraseluler memperlihatkan tidak ada perbedaan daya hambat antara formula kering beku nanopartikel lipid dengan larutan rifampisin maupun NLC rifampisin yang tidak diliofilisasi. Pemberian formula kepada sel A549 tidak memperlihatkan toksisitas. Formula mampu memberikan aktivitas antimikroba intraseluler pada konsentrasi 20 µg/ml. Daya hambat koloni intraseluler yang dihasilkan sebesar 90%, dikonfimasi dengan adanya kematian S. aureus intraseluler pada pengamatan dengan mikroskop konfokal dan viabilitas sel yang relatif lebih tinggi dibandingkan nanopartikel lipid tidak termodifikasi.