Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Batam
tahun 2016-2021, pelabuhan Batu Ampar ditargetkan menjadi pelabuhan
internasional hub. Jika dibandingkan dengan kondisi existing pelabuhan Batu
Ampar saat ini, untuk mencapai target tersebut, masih terdapat gap kinerja yang
harus ditingkatkan. Salah satu kinerja pelabuhan tersebut yang masih rendah
adalah dwell time-nya. Terminal peti kemas pelabuhan Batu Ampar sendiri
memiliki kinerja dwell time rata-rata 2-3 hari dengan hanya melayani kapal-kapal
bermuatan 60-90 container. Kinerja ini tentu masih jauh dari yang seharusnya
dicapai untuk dapat bersaing dengan pelabuhan hub internasional lainnya,
khususnya yang letaknya dekat dengan Pelabuhan ini. Kinerja dwell time tersebut
masih rendah jika dibandingkan dengan Singapura yang rata-rata dwell time-nya
1,2 hari, Malaysia rata-rata 3 hari, dan Hongkong yang hanya rata-rata 2 hari.
Salah satu akar permasalah dari rendahnya kinerja dwell time tersebut adalah
aliran data dan informasi baik internal maupun eksternalnya yang belum tersistem
dengan baik yang bersumber dari proses bisnis yang belum dibuat dengan rinci
dan standar.
Penelitian ini bertujuan merancang perbaikan proses bisnis terminal peti kemas
tersebut untuk meningkatkan kinerja dwell time-nya. Rancangan perbaikan proses
bisnis dibuat dengan menggunakan metode BPI (Business Process Improvement).
Perbaikan proses bisnis ini mengacu pada peraturan terkait Inaportnet dan
benchmarking dengan beberapa pelabuhan kelas dunia. Selain itu, rancangan
perbaikan proses bisnis juga divalidasi kinerjanya dengan metode simulasi
menggunakan alat simulasi BPMN yaitu Visual Paradigm.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbaikan proses bisnis dengan metode
BPI yang merujuk pada penerapan Inaportnet dan benchmarking, dapat
meningkatkan kinerja dwell time terminal peti kemas pelabuhan Batu Ampar dari
yang awalnya 2-3 hari menjadi 1-2 hari saja. Hasil simulasi rancangan proses
bisnis model as-is dan to-be juga memvalidasi hasil perbaikan tersebut dengan
menghasilkan angka dwell time yang tidak jauh berbeda dengan dwell time
sebelum dan setelah streamlining. Rancangan proses bisnis model As-Is dan Tobe
juga dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja proses pada saat
implementasi dilakukan nantinya dengan melakukan simulasi berdasarkan
skenario yang diperlukan.