digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Batam tahun 2016-2021, pelabuhan Batu Ampar ditargetkan menjadi pelabuhan internasional hub. Jika dibandingkan dengan kondisi existing pelabuhan Batu Ampar saat ini, untuk mencapai target tersebut, masih terdapat gap kinerja yang harus ditingkatkan. Salah satu kinerja pelabuhan tersebut yang masih rendah adalah dwell time-nya. Terminal peti kemas pelabuhan Batu Ampar sendiri memiliki kinerja dwell time rata-rata 2-3 hari dengan hanya melayani kapal-kapal bermuatan 60-90 container. Kinerja ini tentu masih jauh dari yang seharusnya dicapai untuk dapat bersaing dengan pelabuhan hub internasional lainnya, khususnya yang letaknya dekat dengan Pelabuhan ini. Kinerja dwell time tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan Singapura yang rata-rata dwell time-nya 1,2 hari, Malaysia rata-rata 3 hari, dan Hongkong yang hanya rata-rata 2 hari. Salah satu akar permasalah dari rendahnya kinerja dwell time tersebut adalah aliran data dan informasi baik internal maupun eksternalnya yang belum tersistem dengan baik yang bersumber dari proses bisnis yang belum dibuat dengan rinci dan standar. Penelitian ini bertujuan merancang perbaikan proses bisnis terminal peti kemas tersebut untuk meningkatkan kinerja dwell time-nya. Rancangan perbaikan proses bisnis dibuat dengan menggunakan metode BPI (Business Process Improvement). Perbaikan proses bisnis ini mengacu pada peraturan terkait Inaportnet dan benchmarking dengan beberapa pelabuhan kelas dunia. Selain itu, rancangan perbaikan proses bisnis juga divalidasi kinerjanya dengan metode simulasi menggunakan alat simulasi BPMN yaitu Visual Paradigm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbaikan proses bisnis dengan metode BPI yang merujuk pada penerapan Inaportnet dan benchmarking, dapat meningkatkan kinerja dwell time terminal peti kemas pelabuhan Batu Ampar dari yang awalnya 2-3 hari menjadi 1-2 hari saja. Hasil simulasi rancangan proses bisnis model as-is dan to-be juga memvalidasi hasil perbaikan tersebut dengan menghasilkan angka dwell time yang tidak jauh berbeda dengan dwell time sebelum dan setelah streamlining. Rancangan proses bisnis model As-Is dan Tobe juga dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja proses pada saat implementasi dilakukan nantinya dengan melakukan simulasi berdasarkan skenario yang diperlukan.