Penggunaan data gravitasi lubang bor sebagai pelengkap data gravitasi permukaan
diyakini mampu meningkatkan resolusi hasil inversi bawah permukaan, namun
metode pengolahan data hibrida ini juga masih menjadi tantangan tersendiri. Pada
disertasi ini kami melaporkan beberapa catatan mengenai pengaruh posisi dan
jumlah lubang bor terhadap resolusi hasil inversi pada teknik inversi dengan
pendekatan algoritma genetika. Tujuan dari inversi yang dilakukan adalah untuk
menetukan batas kontak antara objek massa jenis dan objek latarnya yang diwakili
oleh satu bit kromosom yang merepresentasikan nilai massa jenis tersebut. Kami
menguji metode inversi yang dibuat menggunakan data sintetik serta digitasi data
lapangan injeksi air di Prudhoe, Alaska untuk meyakinkan bahwa metode
perhitungan yang kami bangun mampu digunakan untuk memodelkan kondisi
lapangan yang sebenarnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi data
gravitasi lubang bor mampu meningkatkan keberhasilan inversi hingga 13.33%
pada model sintetik, dan 4.39% pada model lapangan jika diletakkan pada posisi
yang tepat. Lokasi lubang bor yang paling sesuai untuk mendapatkan hasil terbaik
berada pada posisi yang paling simetri terhadap geometri objek massa jenis yang
sedang diinvetigasi. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penambahan
data gravitasi lubang bor tidak serta merta meningkatkan keberhasilan inversi jika
lubang bor tidak berada pada posisi yang tepat. Hasil penelitian ini dapat
memberikan rekomendasi posisi peletakan atau pemilihan lubang bor yang akan
digunakan sebagai lokasi pengambilan data gravitasi agar mendapatkan hasil
inversi bawah permukaan yang optimal. Dengan demikian, untuk mendapatkan
hasil investigasi bawah permukaan yang lebih efektif, survei gravitasi permukaan
4D harus dilakukan sebelum menentukan posisi lubang bor. Survey permukaan ini
bertujuan untuk mengetahui kesimetrian objek massa jenis pada penampang
horizontal.