Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi serta kelompok etnis yang beragam di
Indonesia memberikan peluang yang besar untuk penelitian etnomedisin dan
pengembangan obat baru di masa depan. Batak merupakan etnis terbesar ketiga di
Indonesia yang terkenal akan kompleksitas pengobatan tradisionalnya dalam
memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan obat, salah satunya pada sub-etnis Batak
Toba. Sebagai bagian dari etnis Batak dengan jumlah populasi tertinggi, sub-etnis
Batak Toba memiliki pengetahuan yang kaya akan pemanfaatan tumbuhan obat dan
sampai saat ini masih terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Akan tetapi,
dengan masuknya pengobatan modern, ekspansi lahan pertanian, dan kurangnya
minat generasi muda dalam mempertahankan tradisi penggunaan obat tradisional
menjadi ancaman utama bagi eksistensi penggunaan tumbuhan obat. Hal ini sangat
disayangkan karena hilangnya pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan obat
akan menghambat upaya untuk menemukan obat baru. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan spesies tumbuhan obat
yang digunakan masyarakat lokal sub-etnis Batak Toba, mendokumentasikan
pengetahuan lokal dalam memanfaatkan tumbuhan obat, serta mengidentifikasi
spesies tumbuhan obat yang potensial secara etnomedis sebagai bahan
pengembangan obat baru. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
semi-terstruktur, observasi partisipatif dan field walks. Sebanyak 51 orang informan
dipilih dengan metode purposive sampling. Pengambilan data penelitian dilakukan
di Desa Sipagabu, Sumatera Utara, pada bulan Januari 2019. Data dianalisis secara
kualitatif menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif menggunakan Factor
Informant Consensus (Fic) dan Fidelity Level (FL). Penelitian ini menemukan
sebanyak 111 spesies tumbuhan obat dari 100 genus dan 49 famili yang sebagian
besar berasal dari Asteraceae (9 spesies), Fabaceae (8 spesies), dan Zingiberaceae
(8 spesies). Tumbuhan obat dimanfaatkan untuk 48 jenis penggunaan untuk
pengobatan, penggunaan tertinggi yaitu untuk ramuan tawar minyak (38 spesies)
dan pengobatan sakit perut (19 spesies). Penggunaan tumbuhan obat
diklasifikasikan pada 15 dari total 26 kategori penyakit berdasarkan International
Classification of Diseases (ICD-11). Kategori penyakit utama dengan nilai Fic
tertinggi yaitu kategori penyakit pada sistem visual, diikuti kategori penyakit pada sistem pencernaan, kategori penyakit pada sistem peredaran darah, dan kategori
cidera, keracunan, atau konsekuensi lain dari penyebab eksternal. Spesies
tumbuhan yang memiliki nilai FL tertinggi yaitu Cyrtandra sp. untuk kategori
penyakit pada sistem visual, Andrographis paniculata, Curcuma xanthorrhiza,
Eurycoma longifolia, Musa acuminata, Sticherus truncates, Styrax sumatrana,
Vaccinium sp., dan Zingiber zerumbet untuk kategori penyakit pada sistem
pencernaan, dan Axonopus compressus, Eurya acuminata, Clibadium surinamense,
Manihot utilissima, Lasianthus sp., Crinum asiaticum, Setaria italiaca, dan Vigna
marina untuk kategori cidera, keracunan, atau konsekuensi lain dari penyebab
eksternal. Spesies tumbuhan obat potensial yang direkomendasikan untuk
penelitian fitokimia dan farmakologi lebih lanjut untuk pengembangan obat baru di
masa depan yaitu Cyrtandra sp. untuk iritasi mata, Axonopus compressus untuk
luka tersayat, dan Crinum asiaticum untuk keseleo.