digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ilmu pengetahuan desain secara teoretis (Theoretical Knowledge) yang menjabarkan pencerapan inderawi, kinerja emosi & pikiran, pemetaan proses kreasi yang bertolak dari dalam diri manusia dengan sifatnya yang tak bendawi membuat sulit untuk diukur sehingga membuatnya minim diminati. Adapun sejumlah teori berdasarkan riset-riset terdahulu dalam lingkup ini, tetap menyisakan fenomena proses kreasi sebagai lanskap penelitian yang masih luas untuk dijelajahi. Sementara Prof. Primadi Tabrani mengidentifikasi meditasi dengan menempatkannya sebagai proses kreasi pada tingkat tertinggi, yaitu inkubasi sekaligus pelaksanaan ide. Hanya saja penelitian itu terhenti dengan tak dijelaskannya jenis meditasi seperti apa, bagaimana caranya, dan aspek potensial apa saja darinya yang bisa mendukung proses kreasi. Tak banyak literatur yang mengupas meditasi dalam hubungan proses kreasi, riset-riset masa kini juga lebih banyak membahas meditasi dalam ranah keilmuan psikologi atau kesehatan. Meditasi sendiri tergolong sebagai mentifact yakni peninggalan kebudayaan yang bersifat intangible terkait dengan nilai dan gagasan, pola pikir, mental dan kejiwaan, sehingga diduga kuat memiliki keterhubungan dengan proses kreasi dalam bidang keilmuan desain yang masih minim eksplorasi itu. Demikian perlu dilakukan kajian terhadap praktisi meditasi yang juga melakukan proses kreasi. Di Bandung sendiri berdiri Bumi Dega Sunda Academy yang membabarkan Ajar Pikukuh Sunda dengan uniknya mempraktikkan Manekung yaitu serupa meditasi yang tak banyak diketahui. Sejumlah narasumber dalam komunitas ini berasal dari berbagai latar belakang dan profesi. Menghimpun fenomena personal dan khusus darinya (aposteriori) akan didapat kekayaan pandangan dalam memahami Manekung. Penelitian ini adalah upaya dalam menjawab sejumlah pertanyaan mengenai pemahaman dan tata cara Manekung, serta mengumpulkan sejumlah aspek potensial dari cara kerjanya yang berhubungan dengan proses kreasi, sehingga keterhubungan antara serupa meditasi itu dengan proses kreasi jadi terperi lebih jelas. 3 Penelitian ini dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan metoda Ethnography-Cultural Studies, yang terbagi menjadi tiga tahapan. Pada tahap pertama, adalah penelitian sosial untuk menggali pengetahuan mengenai komunitas dan ajarannya itu melalui kerja lapangan yang terdiri dari wawancara mendalam, pengamatan dengan keterlibatan, dan pengumpulan dokumentasi. Tahap kedua ialah kerja tekstual, yakni merangkai data dari jabaran meluas dan mendetail hingga menjadi pemahaman umum namun memiliki orientasi dengan segala temuan otentiknya. Data yang telah terhimpun diolah berjenjang secara induktif, hingga menjadi suatu kajian tekstual. Tujuannya membangun dasar pengetahuan menurut Ajar Pikukuh Sunda atas keberadaan Manekung. Kemudian tahap ketiga sebagai bedah teori, merupakan kajian yang menitik-beratkan pada keterhubungan antara Manekung sebagai serupa meditasi dengan proses kreasi yang secara teoretis telah dirumuskan sebagian oleh Tabrani. Kesimpulannya terumuskan pengertian Manekung secara ideologis, definitif, dan praktis, yang sederhananya diwakili oleh kata-kata kunci: peleburan, keheningan, ketenangan, ketiadaan, kekosongan. Manekung adalah metoda untuk mengakses Suwung (Jagad Ketiadaan) dengan dampak teralaminya ketenangan dalam diri. Ketenangan ini kiranya kondusif bagi proses inkubasi hingga tercetusnya ide yang kelak ditindaklanjuti oleh tahapan kerja lainnya dalam suatu proses kreasi. Ethnography-Cultural Studies pada penelitian ini merupakan manuver yang keluarannya memperkaya keilmuan desain umumnya dalam kategori Theoretical Knowledge, dan secara khusus melengkapi teori proses kreasi dari Tabrani. Penelitian kualitatif yang tergolong soft-science ini, memerlukan tindak lanjut baik dari lini penelitian sosial-desain sendiri, maupun yang sifanya eksakta berupa penelitian kuantitatif dalam strata hard-science.