Ilmu pengetahuan desain secara teoretis (Theoretical Knowledge) yang
menjabarkan pencerapan inderawi, kinerja emosi & pikiran, pemetaan proses
kreasi yang bertolak dari dalam diri manusia dengan sifatnya yang tak bendawi
membuat sulit untuk diukur sehingga membuatnya minim diminati. Adapun
sejumlah teori berdasarkan riset-riset terdahulu dalam lingkup ini, tetap
menyisakan fenomena proses kreasi sebagai lanskap penelitian yang masih luas
untuk dijelajahi.
Sementara Prof. Primadi Tabrani mengidentifikasi meditasi dengan
menempatkannya sebagai proses kreasi pada tingkat tertinggi, yaitu inkubasi
sekaligus pelaksanaan ide. Hanya saja penelitian itu terhenti dengan tak
dijelaskannya jenis meditasi seperti apa, bagaimana caranya, dan aspek potensial
apa saja darinya yang bisa mendukung proses kreasi. Tak banyak literatur yang
mengupas meditasi dalam hubungan proses kreasi, riset-riset masa kini juga lebih
banyak membahas meditasi dalam ranah keilmuan psikologi atau kesehatan.
Meditasi sendiri tergolong sebagai mentifact yakni peninggalan kebudayaan yang
bersifat intangible terkait dengan nilai dan gagasan, pola pikir, mental dan
kejiwaan, sehingga diduga kuat memiliki keterhubungan dengan proses kreasi
dalam bidang keilmuan desain yang masih minim eksplorasi itu. Demikian perlu
dilakukan kajian terhadap praktisi meditasi yang juga melakukan proses kreasi.
Di Bandung sendiri berdiri Bumi Dega Sunda Academy yang membabarkan Ajar
Pikukuh Sunda dengan uniknya mempraktikkan Manekung yaitu serupa meditasi
yang tak banyak diketahui. Sejumlah narasumber dalam komunitas ini berasal dari
berbagai latar belakang dan profesi. Menghimpun fenomena personal dan khusus
darinya (aposteriori) akan didapat kekayaan pandangan dalam memahami
Manekung. Penelitian ini adalah upaya dalam menjawab sejumlah pertanyaan
mengenai pemahaman dan tata cara Manekung, serta mengumpulkan sejumlah
aspek potensial dari cara kerjanya yang berhubungan dengan proses kreasi,
sehingga keterhubungan antara serupa meditasi itu dengan proses kreasi jadi
terperi lebih jelas.
3
Penelitian ini dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan metoda
Ethnography-Cultural Studies, yang terbagi menjadi tiga tahapan. Pada tahap
pertama, adalah penelitian sosial untuk menggali pengetahuan mengenai
komunitas dan ajarannya itu melalui kerja lapangan yang terdiri dari wawancara
mendalam, pengamatan dengan keterlibatan, dan pengumpulan dokumentasi.
Tahap kedua ialah kerja tekstual, yakni merangkai data dari jabaran meluas dan
mendetail hingga menjadi pemahaman umum namun memiliki orientasi dengan
segala temuan otentiknya. Data yang telah terhimpun diolah berjenjang secara
induktif, hingga menjadi suatu kajian tekstual. Tujuannya membangun dasar
pengetahuan menurut Ajar Pikukuh Sunda atas keberadaan Manekung. Kemudian
tahap ketiga sebagai bedah teori, merupakan kajian yang menitik-beratkan pada
keterhubungan antara Manekung sebagai serupa meditasi dengan proses kreasi
yang secara teoretis telah dirumuskan sebagian oleh Tabrani.
Kesimpulannya terumuskan pengertian Manekung secara ideologis, definitif, dan
praktis, yang sederhananya diwakili oleh kata-kata kunci: peleburan, keheningan,
ketenangan, ketiadaan, kekosongan. Manekung adalah metoda untuk mengakses
Suwung (Jagad Ketiadaan) dengan dampak teralaminya ketenangan dalam diri.
Ketenangan ini kiranya kondusif bagi proses inkubasi hingga tercetusnya ide yang
kelak ditindaklanjuti oleh tahapan kerja lainnya dalam suatu proses kreasi.
Ethnography-Cultural Studies pada penelitian ini merupakan manuver yang
keluarannya memperkaya keilmuan desain umumnya dalam kategori Theoretical
Knowledge, dan secara khusus melengkapi teori proses kreasi dari Tabrani.
Penelitian kualitatif yang tergolong soft-science ini, memerlukan tindak lanjut
baik dari lini penelitian sosial-desain sendiri, maupun yang sifanya eksakta berupa
penelitian kuantitatif dalam strata hard-science.