Digitalisasi program bantuan pemerintah untuk masyarakat miskin dalam bentuk
bantuan sosial dan subsidi terbukti mampu meningkatkan inklusi keuangan.
Beberapa penelitian sebelumnya berpendapat bahwa keuangan inklusif memiliki
peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi
kemiskinan. Selain itu, dari sisi pemerintah, pendekatan ini juga berpotensi untuk
menghemat anggaran negara, meningkatkan produktivitas dan akuntabilitas, serta
memperluas ekosistem pembayaran digital. Disertasi ini membahas bagaimana
Pemerintah Indonesia memanfaatkan inovasi dalam melakukan reformasi bantuan
sosial nontunai yang berimplikasi pada peningkatan indeks keuangan inklusif.
Studi disertasi ini terdiri dari tiga proyek penelitian: pemilihan sistem pembayaran,
keberlangsungan bisnis agen bank tanpa kantor cabang, dan otentikasi biometrik
untuk pembayaran. Tiga siklus penelitian tindakan dilakukan untuk menganalisis
ketiga fokus penelitian tersebut.
Pemerintah membutuhkan bukti pendukung untuk membuat kebijakan baru.
Penelitian tindakan siklus pertama membahas tentang pemilihan sistem
pembayaran untuk penyaluran program bansos nontunai kepada masyarakat
miskin. Pada tahun 2016, dilakukan uji coba yang melibatkan 4.295 peserta untuk
mengevaluasi sistem pembayaran berikut: kartu debit, uang seluler, kode QR, dan
NFC. Penerima manfaat dapat menggunakan dana untuk penarikan tunai dan
pembelian makanan di agen bank. Hasil dari uji coba tersebut menjadi pendekatan
kebijakan berbasis bukti bagi pemerintah untuk melakukan reformasi bansos
nontunai dan mengeluarkan peraturan baru. Pemerintah memutuskan untuk
menggunakan kartu debit dalam penyaluran program bansos nontunai, dan
pelaksanaannya dimulai pada tahun 2017. Hasil evaluasi dan temuan implementasi
memberikan masukan untuk dua siklus penelitian tindakan berikutnya: agen bank
merupakan pendekatan yang tepat untuk melayani masyarakat miskin, dan
otentikasi biometrik diperlukan untuk mempermudah transaksi.
Solusi perbankan tanpa kantor cabang dianggap berhasil di banyak negara
berkembang untuk menyediakan layanan keuangan formal kepada myarakat
iv
kurang mampu. Solusi ini telah diperkenalkan di Indonesia sejak 2009. Hingga
September 2019, terdapat lebih dari 1,1 juta agen bank yang tersebar di seluruh
Indonesia dengan total nasabah melebihi 25 juta. Siklus penelitian tindakan kedua
mengkaji tentang model bisnis agen bank. Pada tahun 2018, dilakukan survei
terhadap 768 agen bank untuk menganalisis kepuasan dan kelangsungan bisnis
mereka. Hasil analisis digunakan untuk mengusulkan kelayakan model bisnis.
Ada beberapa kendala dalam penggunaan kartu debit dengan PIN, diantaranya
adalah kartu debit hilang atau rusak, para penerima lupa PIN mereka, dan kartu
debit bersama dengan PIN diberikan kepada orang lain. Otentikasi biometrik
dianggap mampu mengatasi tantangan ini. Siklus penelitian tindakan ketiga
mengevaluasi uji coba penyaluran program bantuan pemerintah dengan
menggunakan otentikasi biometrik. Pada tahun 2019, dilakukan uji coba yang
melibatkan 5.066 peserta untuk menguji solusi pembayaran menggunakan
pengenalan wajah dan sidik jari. Mereka bisa melakukan pembayaran di kios
dengan menggunakan wajah dan sidik jari. Ponsel cerdas dengan aplikasi
pembaca biometrik digunakan untuk pendaftaran data biometrik dan pembayaran.
Pendekatan metode campuran digunakan untuk pengumpulan data dan analisis.
Statistik deskriptif, pemodelan persamaan struktural (SEM), dan uji-t berpasangan
digunakan untuk analisis kuantitatif. Bisnis model kanvas (BMC) digunakan untuk
mengembangkan kelayakan model bisnis. Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisis wawancara, meringkas observasi, dan mengkonfirmasi hasil analisis
kuantitatif. Hasil studi disertasi ini memberikan kontribusi terhadap berbagai
substansi: merespon hasil studi sebelumnya, merekomendasikan perbaikan
kebijakan pemerintah, dan memberikan wawasan untuk implementasi ke depan.
Riset sistem pembayaran membandingkan empat solusi pembayaran dan
membuktikan kebijakan berbasis bukti efektif untuk reformasi kebijakan. Penelitian
tentang agen bank merumuskan variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan
usaha baik dari faktor finansial maupun non finansial, kemudian mengusulkan
model bisnis yang sesuai dengan konteks Indonesia. Penelitian otentikasi biometrik
membandingkan solusi pengenalan wajah dan sidik jari serta merekomendasikan
hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk rencana implementasi di masa depan.
Dari ketiga proyek penelitian tersebut, kami menemukan bahwa jaringan internet
merupakan faktor krusial dalam melakukan transaksi digital.
Pemanfaatan inovasi dalam pengembangan jasa keuangan melalui penyaluran
bantuan pemerintah non tunai kepada masyarakat miskin memberikan beberapa
manfaat: (1) membantu pemerintah dalam memastikan penerima manfaat yang
tepat, (2) mengurangi kecurangan, (3) mempermudah proses transaksi, dan (4)
meningkatkan ekosistem pembayaran digital. Lebih lanjut, implementasi reformasi
bansos nontunai telah berhasil menyediakan rekening tabungan baru bagi mereka
yang tidak memiliki rekening