digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Digitalisasi program bantuan pemerintah untuk masyarakat miskin dalam bentuk bantuan sosial dan subsidi terbukti mampu meningkatkan inklusi keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya berpendapat bahwa keuangan inklusif memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, dari sisi pemerintah, pendekatan ini juga berpotensi untuk menghemat anggaran negara, meningkatkan produktivitas dan akuntabilitas, serta memperluas ekosistem pembayaran digital. Disertasi ini membahas bagaimana Pemerintah Indonesia memanfaatkan inovasi dalam melakukan reformasi bantuan sosial nontunai yang berimplikasi pada peningkatan indeks keuangan inklusif. Studi disertasi ini terdiri dari tiga proyek penelitian: pemilihan sistem pembayaran, keberlangsungan bisnis agen bank tanpa kantor cabang, dan otentikasi biometrik untuk pembayaran. Tiga siklus penelitian tindakan dilakukan untuk menganalisis ketiga fokus penelitian tersebut. Pemerintah membutuhkan bukti pendukung untuk membuat kebijakan baru. Penelitian tindakan siklus pertama membahas tentang pemilihan sistem pembayaran untuk penyaluran program bansos nontunai kepada masyarakat miskin. Pada tahun 2016, dilakukan uji coba yang melibatkan 4.295 peserta untuk mengevaluasi sistem pembayaran berikut: kartu debit, uang seluler, kode QR, dan NFC. Penerima manfaat dapat menggunakan dana untuk penarikan tunai dan pembelian makanan di agen bank. Hasil dari uji coba tersebut menjadi pendekatan kebijakan berbasis bukti bagi pemerintah untuk melakukan reformasi bansos nontunai dan mengeluarkan peraturan baru. Pemerintah memutuskan untuk menggunakan kartu debit dalam penyaluran program bansos nontunai, dan pelaksanaannya dimulai pada tahun 2017. Hasil evaluasi dan temuan implementasi memberikan masukan untuk dua siklus penelitian tindakan berikutnya: agen bank merupakan pendekatan yang tepat untuk melayani masyarakat miskin, dan otentikasi biometrik diperlukan untuk mempermudah transaksi. Solusi perbankan tanpa kantor cabang dianggap berhasil di banyak negara berkembang untuk menyediakan layanan keuangan formal kepada myarakat iv kurang mampu. Solusi ini telah diperkenalkan di Indonesia sejak 2009. Hingga September 2019, terdapat lebih dari 1,1 juta agen bank yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total nasabah melebihi 25 juta. Siklus penelitian tindakan kedua mengkaji tentang model bisnis agen bank. Pada tahun 2018, dilakukan survei terhadap 768 agen bank untuk menganalisis kepuasan dan kelangsungan bisnis mereka. Hasil analisis digunakan untuk mengusulkan kelayakan model bisnis. Ada beberapa kendala dalam penggunaan kartu debit dengan PIN, diantaranya adalah kartu debit hilang atau rusak, para penerima lupa PIN mereka, dan kartu debit bersama dengan PIN diberikan kepada orang lain. Otentikasi biometrik dianggap mampu mengatasi tantangan ini. Siklus penelitian tindakan ketiga mengevaluasi uji coba penyaluran program bantuan pemerintah dengan menggunakan otentikasi biometrik. Pada tahun 2019, dilakukan uji coba yang melibatkan 5.066 peserta untuk menguji solusi pembayaran menggunakan pengenalan wajah dan sidik jari. Mereka bisa melakukan pembayaran di kios dengan menggunakan wajah dan sidik jari. Ponsel cerdas dengan aplikasi pembaca biometrik digunakan untuk pendaftaran data biometrik dan pembayaran. Pendekatan metode campuran digunakan untuk pengumpulan data dan analisis. Statistik deskriptif, pemodelan persamaan struktural (SEM), dan uji-t berpasangan digunakan untuk analisis kuantitatif. Bisnis model kanvas (BMC) digunakan untuk mengembangkan kelayakan model bisnis. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis wawancara, meringkas observasi, dan mengkonfirmasi hasil analisis kuantitatif. Hasil studi disertasi ini memberikan kontribusi terhadap berbagai substansi: merespon hasil studi sebelumnya, merekomendasikan perbaikan kebijakan pemerintah, dan memberikan wawasan untuk implementasi ke depan. Riset sistem pembayaran membandingkan empat solusi pembayaran dan membuktikan kebijakan berbasis bukti efektif untuk reformasi kebijakan. Penelitian tentang agen bank merumuskan variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan usaha baik dari faktor finansial maupun non finansial, kemudian mengusulkan model bisnis yang sesuai dengan konteks Indonesia. Penelitian otentikasi biometrik membandingkan solusi pengenalan wajah dan sidik jari serta merekomendasikan hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk rencana implementasi di masa depan. Dari ketiga proyek penelitian tersebut, kami menemukan bahwa jaringan internet merupakan faktor krusial dalam melakukan transaksi digital. Pemanfaatan inovasi dalam pengembangan jasa keuangan melalui penyaluran bantuan pemerintah non tunai kepada masyarakat miskin memberikan beberapa manfaat: (1) membantu pemerintah dalam memastikan penerima manfaat yang tepat, (2) mengurangi kecurangan, (3) mempermudah proses transaksi, dan (4) meningkatkan ekosistem pembayaran digital. Lebih lanjut, implementasi reformasi bansos nontunai telah berhasil menyediakan rekening tabungan baru bagi mereka yang tidak memiliki rekening