digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Danau Batur berada pada kaldera Gunung Baturyang secara hidrologi merupakan sistem danau tertutup (closed basin system), yaitu tidak memiliki saluran air masuk (inlet) maupun saluran air keluar (outlet). Berdasarkan pengukuran dan kajian sebelumnya, dinyatakan adanya kenaikan muka air Danau Batur yang signifikan sehingga menyebabkan tenggelamnya kawasan perumahan, pertanian, pura dan beberapa fasilitas umum lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme perubahan muka air danau tersebut, dimana tidak ada perubahan kondisi hidro-meteorologi yang signifikan di Batur dan sekitarnya. Penelitian ini mencakup kawasan kaldera Danau Batur sebagai lokasi utama dan kaldera danau vulkanik lain di Pulau Bali yang meliputi Danau Beratan, Buyan dan Tamblingan sebagai pembanding. Daerah penelitian terletak pada ketinggian sekitar 1000 hingga 1050 mdpl. Litologi utama penyusun daerah penelitian berupa batuan vulkanik yang didominasi oleh aglomerat, lava, sedikit lahar dan ignimbrite. Metode yang digunakan dalam penelitian meliputi pengukuran parameter fisika-kimia air, meliputi air danau, mata air panas, mata air dingin, sumur gali, sungai dan air hujan. Pengukuran konsentrasi gas tanah dan terlarut isotop 222Rn (Radon-222) dilakukan untuk mengetahui kondisi permeabilitas dan influx bawah dari bawah permukaan ke daerah sekitar danau. Selain itu juga dilakukan pengujian mineralogi dan isotop stabil ?18O dan ? 2H untuk mengetahui mekanisme hidrogeologi-hidrogeokimia di danau. Selain itu, beberapa parameter komposisi kimia air, klimatologi dan pengukuran hidrologi danau di peroleh dari penelitian terdahulu. Berdasarkan parameter fisika-kimia air, karakteristik air Danau Batur mirip dengan mata air panas dan hangat yang muncul di sekitar danau yang menunjukkan karakteristik fluida magmatik, yaitu, total ion terlarut yang tinggi sekitar 1200 mg/L, kehadiran anion Cl, SO4 dan kation yang tinggi. Kondisi air Danau Batur juga memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan air hujan dan danau vulkanik lainnya, yaitu ion terlarut yang kurang dari 100 mg/L. Hasil pengukuran isotop air danau menunjukkan nilai isotop rasio ?18O yang lebih berat dari mata air panas (-2 s.d -4 ‰ ?18O) dan memiliki nilai yang jauh dari karakter isotop air meteorik. Nilai aktivitas radon menunjukkan keberadaan celah yang permeabel sebagai jalur keluarnya fluida volkano-magmatik dan mengisi ke danau. Analisis hidro-meteorologi di sekitar danau juga mengindikasikan tidak adanya pengaruh signifikan presipitasi-evaporasi terhadap kenaikan muka air danau. Selain adanya fluktuasi musiman, muka air menunjukkan kecendrungan kenaikan dari tahun ke tahun yang cukup signifikan dalam 20 tahun terakhir. Dari hasil penelitian ini, hal ini diakibatkan oleh adanya input fluida magmatik yang ke dalam danau dan semakin intensif seiring dengan aktivitas tekto-volkanik Batur. Input fluida magmatik disebabkan oleh keluarnya fluida melalui proses “hydrothermal overpressure” yang mengakibatkan rekahnya batuan lava yang miskin kuarsa sehingga mudah dilalui oleh fluida magmatik sebagai salah satu faktor dari kenaikan muka air danau. Adanya hydrothermal overpressure ini juga diperkuat data penelitian geofisika berupa topographic imaging di sekitar daerah penelitian. Penelitian lanjut perlu dilakukan untuk memperkuat hasil studi diantaranya melakukan sampling per-kedalaman, penambahan titik radon di batas rim kaldera, pengukuran isotop 13Carbon, pengujian ion unsur jarang dari air danau serta model atau perhitungan neraca antara input air permukaan dan airtanah terhadap perubahan ketinggian muka air danau.