Pergerakan dengan tujuan pendidikan di Kota Bandung memberikan kontribusi
terhadap pergerakan dengan angkutan umum sebesar 51% berdasarkan data
Bandung Urban Mobility Project (2015). Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota
Bandung meluncurkan program bus sekolah dengan empat rute untuk memfasilitasi
pergerakan tersebut. Salah satunya adalah rute K-02 Dago – Leuwipanjang. Akan
tetapi, rute tersebut dinilai belum efektif dilihat dari tingkat keterisiannya yang
rendah dikarenakan pelajar enggan menggunakan bus sekolah karena jangkauan
layanan yang dianggap terlalu jauh dari rumah pelajar. Selain itu, adanya kebijakan
zonasi PPDB yang mengatur jarak antara rumah dengan sekolah diasumsikan
memperparah penurunan jumlah penumpang. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan rute optimal yang dapat melayani domisili pelajar dengan lebih
komprehensif dan juga dapat terintegrasi dengan kebijakan zonasi PPDB yang
berlaku, khususnya di Kota Bandung. Analisis dalam menentukan rute optimal
tersebut menggunakan simulasi rute dari ArcMap 10.6 dengan alternatif skenario
menggunakan skenario Travelling Salesman Problem (TSP) dan skenario Vehicle
Routing Problem (VRP). Kedua simulasi tersebut dilakukan dalam piranti lunak
yang sama, yaitu ArcMap 10.6 dengan tools yang berbeda. Simulasi – simulasi
tersebut digunakan untuk menemukan solusi terbaik untuk memperluas jangkauan
layanan dari rute K-02 Dago – Leuwipanjang dengan waktu yang tercepat.
Hasil dari simulasi tersebut menunjukkan bahwa skenario VRP dengan
menggunakan software ArcMap 10.6 merupakan skenario yang terbaik. Rute
tersebut meningkatkan jangkauan layanan hingga 30 % dari kondisi eksisting yang
sebelumnya hanya mampu melayani 21 domisili pelajar menjadi mampu melayani
30 domisili pelajar. Simulasi tersebut pun terintegrasi dengan kebijakan zonasi
dimana rutenya disesuaikan dengan zona masing – masing sekolah. Artinya,
simulasi ini merubah rute eksisting dengan cara membagi menjadi dua rute terpisah
untuk melayani pergerakan intrazona. Namun, hasil dari simulasi pun belum
mampu untuk mengurangi waktu tempuh. Pada kondisi eksisting, waktu tempuh
total adalah 2,5 jam dan tidak ada perubahan setelah dilakukan simulasi. Hasil
skenario VRP tersebut pun dapat diintegrasikan dengan angkutan umum eksisting
lainnya, seperti Trans Metro Bandung, agar jangkauan layanan dapat lebih luas dan
komprehensif.