digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pergerakan dengan tujuan pendidikan di Kota Bandung memberikan kontribusi terhadap pergerakan dengan angkutan umum sebesar 51% berdasarkan data Bandung Urban Mobility Project (2015). Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Bandung meluncurkan program bus sekolah dengan empat rute untuk memfasilitasi pergerakan tersebut. Salah satunya adalah rute K-02 Dago – Leuwipanjang. Akan tetapi, rute tersebut dinilai belum efektif dilihat dari tingkat keterisiannya yang rendah dikarenakan pelajar enggan menggunakan bus sekolah karena jangkauan layanan yang dianggap terlalu jauh dari rumah pelajar. Selain itu, adanya kebijakan zonasi PPDB yang mengatur jarak antara rumah dengan sekolah diasumsikan memperparah penurunan jumlah penumpang. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan rute optimal yang dapat melayani domisili pelajar dengan lebih komprehensif dan juga dapat terintegrasi dengan kebijakan zonasi PPDB yang berlaku, khususnya di Kota Bandung. Analisis dalam menentukan rute optimal tersebut menggunakan simulasi rute dari ArcMap 10.6 dengan alternatif skenario menggunakan skenario Travelling Salesman Problem (TSP) dan skenario Vehicle Routing Problem (VRP). Kedua simulasi tersebut dilakukan dalam piranti lunak yang sama, yaitu ArcMap 10.6 dengan tools yang berbeda. Simulasi – simulasi tersebut digunakan untuk menemukan solusi terbaik untuk memperluas jangkauan layanan dari rute K-02 Dago – Leuwipanjang dengan waktu yang tercepat. Hasil dari simulasi tersebut menunjukkan bahwa skenario VRP dengan menggunakan software ArcMap 10.6 merupakan skenario yang terbaik. Rute tersebut meningkatkan jangkauan layanan hingga 30 % dari kondisi eksisting yang sebelumnya hanya mampu melayani 21 domisili pelajar menjadi mampu melayani 30 domisili pelajar. Simulasi tersebut pun terintegrasi dengan kebijakan zonasi dimana rutenya disesuaikan dengan zona masing – masing sekolah. Artinya, simulasi ini merubah rute eksisting dengan cara membagi menjadi dua rute terpisah untuk melayani pergerakan intrazona. Namun, hasil dari simulasi pun belum mampu untuk mengurangi waktu tempuh. Pada kondisi eksisting, waktu tempuh total adalah 2,5 jam dan tidak ada perubahan setelah dilakukan simulasi. Hasil skenario VRP tersebut pun dapat diintegrasikan dengan angkutan umum eksisting lainnya, seperti Trans Metro Bandung, agar jangkauan layanan dapat lebih luas dan komprehensif.