Pencurian listrik yang menyebabkan susut non teknis menjadi tantangan utama
yang dihadapi oleh perusahaan listrik terutama dalam meningkatkan efektivitas
inspeksi. Optimasi rute inspeksi pencurian listrik perlu mempertimbangkan jarak
tempuh yang efisien dan potensi pendapatan denda. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa metode Self-Organizing Map (SOM) yang diadaptasi untuk
keperluan Travelling Salesman Problem (TSP) dapat memaksimalkan pendapatan
ekonomi dari denda pencurian listrik dengan biaya rendah. Pendekatan tersebut
memiliki kelemahan karena mengabaikan jarak tempuh dan hanya berfokus pada
subset pelanggan dengan potensi denda tertinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi rute inspeksi untuk
meminimalkan jarak tempuh, memaksimalkan estimasi pendapatan denda, dan
memaksimalkan jumlah inspeksi per rute secara bersamaan menggunakan Non-
dominated Sorting Genetic Algorithm II (NSGA-II). Modifikasi dilakukan pada
pembentukan initial population dan operator crossover untuk memenuhi batasan
jumlah minimum inspeksi. Optimasi inspeksi pencurian listrik dalam penelitian ini
dikategorikan sebagai permasalahan Vehicle Routing Problem (VRP) dengan
karakteristik khusus, yaitu VRP dengan time windows (batas waktu kerja harian),
VRP dengan kapasitas minimum (jumlah minimum pelanggan harus diinspeksi),
dan Selective VRP (pemilihan pelanggan berdasarkan prioritas inspeksi) serta multi
objektif VRP (VRP yang mengoptimalkan lebih dari satu objektif secara
bersamaan).
PLN menghadapi tantangan dalam memastikan inspeksi pencurian listrik efektif
dan mencapai target inspeksi minimum. Optimasi rute diperlukan untuk
menghindari inspeksi acak yang kurang tepat sasaran. Hasil penelitian
menunjukkan pendekatan NSGA-II dengan modifikasi terbukti lebih unggul dalam
memaksimalkan pendapatan denda per inspeksi dan selalu menghasilkan solusi
valid yang memenuhi batasan inspeksi minimum, terutama di wilayah padat dengan
jarak pendek.