Gunung api Tambora dikenal sebagai gunung api yang memiliki letusan dahsyat
di dunia pada tahun 1815 dengan jumlah material yang dikeluarkan lebih dari 50
km3. Material tersebut mengandung mineral berharga dan bernilai ekonomis yang
terdeposit dipesisir pantai kawasan tersebut sebagai pasir besi. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasir besi yang ada di kawasan gunung
api Tambora menggunakan metode pengukuran distribusi ukuran butir,
suseptibilitas magnetik serta metode geokimia yang terdiri dari XRD, XRF dan
ICP-OES. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi yang ada dikawasan
tersebut yaitu Nanga Miro, Baringin Jaya dan Hodo. Daerah Nanga miro dan
Baringin jaya merupakan zona endapan piroklastik jatuhan erupsi 1815 dan erupsi
sebelumnya sedangkan daerah Hodo merupakan endapan batuan yang berumur
lebih tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ukuran butir pasir besi
daerah Nanga Miro dan Baringin Jaya MS dan FS sedangkan pada daerah Hodo
dominan CS dan FS. Daerah Nanga Miro dan Baringin Jaya memiliki nilai
suseptibilitas magnetik tinggi sedangkan Hodo memiliki nilai susetibilitas
magnetik rendah.Rentang nilai Baringin Jaya ((1148,87±59,75) -
(25187,97±68,62)) x 10-8m3kg-1. Sedangkan daerah nilai Nanga Miro
((1970,80 ± 78,34) – (4766,00±923,27) x 10-8m3kg-1 .Adapun rentang
nilai Hodo((1054,33±28,29) ? (1419,57±8,33)) x 10-8m3kg-1.Adanya variasi
nilai juga dipengaruhi oleh kandungan mineral magnetiknya. Hasil uji
geokimia XRF dan XRD menunjukkan bahwa pada daerah Baringin Jaya dan
Nanga Miro memiliki konsentrasi besi (Fe) yang tinggi serta mengandung mineral
magnetite dan hematite. Selain itu, unsur-unsur yang tergolong REE, seperti Ce,
Gd, Pr dan Sc memiliki konsentrasi yang lebih tinggi pada pasir besi yang berada
di zona piroklastik jatuhan. Kombinasi metode-metode tersebut dapat
menunjukkan perbedaan karakteristik pasir besi yang ada dikawasan gunung api
Tambora.