Kinerja layanan angkutan yang rendah dan tidak tertutup oleh jumlah
penumpang yang menggunakannya membuat trayek angkutan perdesaan saat ini
memiliki kecenderungan semakin sedikit yang beroperasi.Padahal terdapat
masyarakat dengan mobilitas tertentu yang masih bergantung pada layanan
angkutan ini yaitu kaum lansia, difabel dan wanita. Masih terdapat rumah
tangga/pedagang di desa yang belum memiliki kendaraan pribadi untuk
melakukan kegiatannya dan untuk mewadahi pergerakan anak sekolah agar tidak
menggunakan kendaraan pribadi terlalu dini. Keberadaan angkutan perdesaan
ini secara tidak langsung meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
kemudahan akses menuju fasilitas ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang lebih
baik ketimbang di wilayah tempat tinggalnya. Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan dengan tujuan kebutuhan peningkatan layanan angkutan perdesaan
supaya tetap dapat memenuhi pergerakan masyarakat. Studi kasus yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kabupaten Kuningan dengan trayek yang
diteliti adalah Trayek Cilimus-Linggajrati, Cilimus-Mandirancan, dan Lengkong-
Rancakeusik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam memenuhi
pergerakan penumpang yang utamanya untuk tujuan pendidikan dan ekonomi,
layanan angkutan perdesaan saat ini perlu dipertahankan dengan meningkatkan
kualitas layanannya. Dari ketiga trayek tersebut perlu keberadaan manajemen
layanan dan pengaturan terhadap jumlah kendaraan yang beroperasi, frekuensi,
jadwal, pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) angkutan perdesaan,
serta spesifikasi kendaraan yang dapat multiguna. Peningkatan ini kurang dapat
terwujud tanpa adanya intervensi pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam hal
pendanaan biaya operasional kendaraan.