digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

COVER Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Isnaefi Nurhidayah
PUBLIC yana mulyana

Latar belakang dan tujuan dari penelitian: Keberhasilan terapi pada penderita tuberkulosis (TB) dengan diabetes melitus (DM), dari penelitian yang ada, diketahui lebih sedikit dibanding dengan keberhasilan terapi pasien tuberkulosis paru tanpa diabetes melitus. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menghindari kondisi hiperglikemia, resiko kejadian kardiovaskular, dan resiko efek samping akibat dari obat/penyakitnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui keberhasilan terapi TB paru obat antituberkulosis (OAT) kategori I dengan DM, serta hubungan karakteristik sosiodemografi, klinis dan pengobatan subjek dengan keberhasilan terapi TB-nya. Metode: Desain potong-lintang analitis, secara retrospektif terhadap data sekunder pasien TB paru OAT kategori 1 dengan DM di RS Paru Rotinsulu Bandung selama periode 2015-2018, untuk mengetahui karakteristik pasien TB Paru kategori I dengan DM dan keberhasilan terapi TB-nya. Hasil: Dari 4520 pasien TB paru yang berobat ke RS Paru Rotinsulu Bandung, terdapat 239 pasien (5,3%) yang merupakan pasien TB paru baru yang juga menderita DM. Terdapat 182 pasien TB paru baru OAT kategori I dengan DM, 76 pasien diantaranya menjadi subjek dalam penelitian ini. Proporsi keberhasilan terapi TB pada subjek penelitian adalah 73,5% dengan lama terapi OAT terbanyak 7-9 bulan. Hasil analisa multivariat menunjukkan penggunaan obat antihipertensi memiliki AOR (Adjusted Odds Ratio) 0,14; 95%CI 0,02-1,16 dan kejadian rawat inap memiliki AOR 2,5; 95%CI 0,76 – 8,25. Kesimpulan: Angka keberhasilan terapi TB paru kategori I dengan DM di RS Paru Rotinsulu tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia sebelumnya pada tahun 2007. Didapatkan hubungan antara penggunaan obat antihipertensi dan kejadian rawat inap di RS Paru Rotinsulu dengan keberhasilan terapi tuberkulosis parunya.