Indonesia sebagai anggota dari Convention on Biological Diversity (CBD) telah menyetujui komitmen untuk mencegah, mengendalikan, dan mengeradikasi tumbuhan asing invasif dalam upaya menjaga keanekaragaman hayati. Cagar Alam Pangandaran merupakan salah satu kawasan konservasi yang telah diinvasi tumbuhan asing invasif. Hingga saat ini, pengelolaan tumbuhan asing invasif masih belum efektif karena pengelolaan yang kurang tepat sasaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko tumbuhan asing invasif di CA Pangandaran, serta memberikan rekomendasi pengelolaan tumbuhan asing invasif. Plot area sampling berukuran 10m x10m, 5m x 5m, dan 1m x 1m dengan jumlah total sebanyak 60 plot diletakkan di enam kawasan (Pasir putih, Cikamal, Cirengganis, Badeto, Nanggorak, dan Batu meja) untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan. Kemudian, daftar tumbuhan asing invasif dikelompokkan mengikuti basis data dari ISSG, PIER, CABI, dan BIOTROP. Risiko keinvasifan (faktor keinvasifan, dampak, dan potensi distribusi) yang dinyatakan dalam indeks risiko dan kelayakan pengelolaan tumbuhan asing invasif (biaya pengelolaan, distribusi saat ini, dan persistensi) yang dinyatakan dalam indeks kelayakan dianalisis berdasarkan modul protokol risk assessment Virtue (2008). Rekomendasi pengelolaan tumbuhan asing invasif dapat diajukan berdasarkan kedua indeks ini. Padang rumput Cikamal merupakan kawasan dengan jumlah spesies tumbuhan asing invasif terbanyak (9 spesies dari total 11 spesies di CA Pangandaran), yaitu Tectona grandis, Chromolaena odorata, Cynodon dactylon, Melastoma malabathricum, Chrysopogon aciculatus, Fimbristylis monostachya, Cyperus sp., Elephantopus scaber, dan Axonopus compressus. Enam spesies dengan indeks nilai penting (INP) tertinggi dipilih untuk dinilai risikonya. Indeks risiko, indeks kelayakan, dan rekomendasi pengelolaan IAS adalah sebagai berikut: T. grandis (169,2; 192; mengelola spesies), C. odorata (149,46; 105,6; mengelola spesies), C. dactylon (100,8; 120,45; mengelola lokasi), M. malabathricum (76,8; 47,52; mengelola lokasi), C. aciculatus (42,88; 49,89; mengelola lokasi), F. monostachya (15,04; 20,19; monitoring). T. grandis merupakan spesies IAS dengan risiko keinvasifan tertinggi, namun memiliki kelayakan pengelolaan yang rendah. Berdasarkan kedua indeks di atas, C. odorata dan T. grandis menjadi tumbuhan asing invasif prioritas di CA Pangandaran, khususnya padang rumput Cikamal.