Virus Zika merupakan virus ssRNA(+) beramplop yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae. Kekerabatan virus Zika dengan anggota famili Flaviridae lainnya,
seperti Dengue Virus dan Yellow Fever Virus, sering mengakibatkan pasien yang
terinfeksi virus tersebut mengalami misdiagnosis dan berefek pada kesalahan
prognosis dan pengobatan setelahnya. Oleh karena itu, diperlukan tes diagnostik
yang memiliki spesifisitas yang tinggi untuk dapat membedakan virus Zika dengan
Flavivirus yang lain. Penelitian sebelumnya telah mengembangkan kandidat multi
epitop dari virus Zika yang diduga dapat meningkatan spesifisitas dari tes
diagnostik terhadap virus tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya,
digunakan residu asam amino pada domain I dan II dari protein envelope (E) virus
Zika. Namun, protein multi epitop yang dihasilkan dalam penelitian tersebut, yaitu
dinamakan ZIKA+L18, masih memiliki kelarutan yang rendah, sehingga sulit
dipurifikasi dan diproses lebih lanjut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kami
ingin meningkatkan kelarutan protein multi epitop virus Zika dengan menggunakan
osmolit berupa sukrosa dan sorbitol. Penelitian dibagi menjadi dua tahapan utama,
yaitu tahapan konfirmasi ekspresi protein rekombinan dan tahapan optimasi
penggunaan osmolit dalam ekspresi protein multi epitop. Konfirmasi dilakukan
dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan metode SDS-PAGE untuk
menganalisis ekspresi protein rekombinan. Sedangkan pada tahap optimasi
digunakan dua osmolit, yaitu sorbitol dan sukrosa. Kultur bakteri rekombinan
ditambahkan osmolit dan diinkubasi selama 30 menit. Kultur yang telah diinkubasi
tersebut, kemudian diinduksi menggunakan 0,01 mM IPTG pada suhu 20 °C selama
20 jam. Konsentrasi sorbitol yang digunakan adalah 0,1;0,3;0,5; dan 0,7 M,
sedangkan konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 0,1;0,2;0,3; dan 0,4 M.
Kultur sel berisi protein ZIKA+L18 kemudian dipecahkan menggunakan sonikasi
dan dipisahkan antara fraksi terlarut dan tidak terlarut untuk kemudian dilakukan
analisis protein menggunakan metode SDS-PAGE. Hasil SDS-PAGE kemudian
dikuantifikasi menggunakan aplikasi ImageJ. Kelarutan protein pada kelompok
perlakuan, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu kultur bakteri
rekombinan yang diinduksi dengan IPTG, tapi tidak diberi osmolit. Hasil
konfirmasi dengan metode PCR menunjukkan gen yang diduga mengkode protein ZIKA+L18 berukuran berukuran sekitar 883 bp berhasil diamplifikasi. Hasil SDSPAGE
konfirmasi dan perlakuan menunjukkan bahwa protein yang diduga
mengandung protein multi epitop virus Zika berukuran lebih dari 25 kDa dari yang
seharusnya, yaitu 24 kDa. Hasil analisis protein pada tahap optimasi menunjukkan
bahwa, dalam semua konsentrasi uji, sorbitol dapat meningkatkan kelarutan protein
rekombinan secara signifikan. Kelarutan tertinggi didapatkan pada sorbitol dengan
konsentrasi 0,5 M. Sedangkan pada optimasi menggunakan sukrosa, tidak
ditemukan pita protein ZIKA+L18. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa sorbitol dapat meningkatkan kelarutan protein, sedangkan
pengaruh sukrosa terhadap kelarutan protein rekombinan tidak dapat ditentukan.