PT. Bukit Asam adalah salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. Saat ini, PT. Bukit Asam memiliki cadangan batubara hingga 3.3 miliar ton, dimana 34% diantaranya adalah batubara kualitas rendah dan tidak dimanfaatkan. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi, batubara tersebut dapat dimanfaatkan, salah satunya diubah menjadi high speed diesel. Batubara ke high speed diesel adalah mengubah batubara tidak termanfaatkan menjadi diesel melalui konversi katalis kimia tanpa tekanan. PT. Bukit Asam akan menggunakannya untuk kebutuhan internal seiring meningkatkanya produksi batubara. Di waktu yang bersamaan, Indonesia mengalami defisit jumlah bahan bakar dan minyak. Pemerintah menyiasatinya dengan melakukan impor dan penerapan program B20. PT. Bukit Asam kemudian melihat ini sebagai sebuah kesempatan melalui komersialisasi produk batubara-ke-high speed diesel. Akan tetapi, pemerintah melalui rapat dengar pendapat menyimpulkan bahwa batubara ke cair, khususnya batubara ke high speed diesel, sulit untuk menggantikan produk diesel saat ini karena kurangnya ahli teknologi dan besarnya nilai investasi yang menyebabkan tingginya harga jual produk batubara ke high speed diesel PTBA.
Untuk mengeksplorasi kondisi bisnis dari industri batubara ke high speed diesel di Indonesia, penulis melakukan analisis dengan menggunakan PESTEL, Porter’s Five Forces, The Resources-Based View, VRIO Framework dan Value Chain Analysis. Berdasarkan analisis kondisi bisnis, penulis menemukan akar permasalahan dari industri batubara ke high speed diesel di Indonesia adalah: masalah teknologi, masalah pemasaran & distribusi, dan masalah pesaing.
Dalam hal memecahkan permasalahan-pemasalahan tersebut, penulis kemudian melakukan wawancara dengan tiga analis bisnis di divisi Strategi Perusahaan, Penelitian & Pengembangan PTBA. Hasil wawancara kemudian dituangkan dalam alternatif-alternatif strategi melalui TOWS Matrix. Untuk memecahkan masalah teknologi, PTBA harus membuat batubara ke high speed diesel dengan kualitas terstandarisasi serta percobaan dan evaluasi terhadap produk. Untuk memecahkan masalah pemasaran & distribusi, PTBA harus melakukan kerjasama dengan perusahaan otoritas dan membatasi area komersialisasi produk. Sementara untuk masalah persaingan, PTBA perlu menekan harga jual produk untuk bersaing dengan bahan bakar diesel lainnya. Berdasarkan hasil tersebut, Porter’s Generic Competitive Strategy yang tepat untuk PTBA dalam hal komersialisasi produk batubara ke high speed diesel adalah strategi Biaya Rendah Terfokus. Diamond Model Strategy kemudian diusulkan untuk mendeskripsikan strategi generik dan kemudian diimplementasikan dalam Business Model Canvas.
Perpustakaan Digital ITB