Beberapa tahun terakhir keracunan akibat patogen pada makanan menjadi isu kesehatan
yang mendunia, sehingga sintesis kemasan makanan yang antimikrobial menjadi penting
untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, yaitu zat antimikrobial organik yang banyak
digunakan sekarang tidak tahan kondisi operasi tinggi. Nanopartikel oksida logam dapat
menjadi solusi permasalahan ini karena tahan terhadap kondisi operasi tinggi dengan sifat
antimikrobia lebih kuat. Untuk mensintesis nanopartikel, dibutuhkan reducing agent yang
ramah lingkungan sehingga green synthesis menjadi alternatif yang lebih menarik
dibandingkan sintesis kimiawi. Tujuan penelitian ini adalah menguji kelayakan awal rute
green synthesis ZnO nanopartikel antimikrobial dengan ekstrak sereh.
Ekstrak tumbuhan sereh diekstraksi dengan menggunakan refluks selama 15 menit dan
selanjutnya direaksikan dengan Zn(NO3)2 untuk menghasilkan nanopartikel ZnO.
Sintesis nanopartikel dilakukan dengan variasi temperatur atmosferik dan 60?C, waktu
sintesis 6 jam dan 24 jam, serta konsentrasi prekursor sebesar 0,1 M dan 0,05 M.
Nanopartikel yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD, DLS,
TEM, serta uji antimikrobial. Uji antimikrobial dilakukan terhadap spesies bakteri gram
negatif Escherichia coli planktonik dan biofilm.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa parameter yang paling mempengaruhi dalam
sintesis ZnO adalah konsentrasi prekursor. Variasi terbaik diperoleh pada kondisi reaksi
6 jam, temperatur atmosferik, dan [Zn(NO3)2] 0,1 M karena dapat membentuk ZnO tanpa
kalsinasi, yang dikonfirmasikan melalui analisis XRD. Variasi dengan lama reaksi 24
jam, temperatur atmosferik, dan [Zn(NO3)2] 0,1 M membutuhkan kalsinasi agar dapat
membentuk ZnO. Spektra FTIR menunjukkan bahwa perlakuan kalsinasi dapat
menghilangkan keberadaan gugus organik yang melingkupi partikel ZnO yang terbentuk.
Akibatnya, ukuran nanopartikel terkecil (200 nm) didapatkan pada sampel yang telah
dikalsinasi. Namun, analisis TEM menunjukkan bahwa ukuran nanopartikel yang terbaca
merupakan hasil agglomerasi, dengan ukuran partikel yang sebenarnya berada pada
rentang 10 – 50 nm. Variasi ini juga menunjukkan sifat antimikroba yang paling tinggi,
dengan persen reduksi sebesar 32% pada konsentrasi 50 mg/L