Pada umumnya buah pisang dipanen pada keadaan matang hijau (mature green),
kemudian diberi perlakuan etilen pada proses pemeraman sebelum dikonsumsi.
Warna kulit buah pisang menjadi indikator untuk memprediksi tingkat kematangan
buah. Prediksi umumnya dilakukan dengan cara membandingkan warna kulit buah
pisang dengan standar chart warna yang ada. Namun metode ini memberikan hasil
yang tidak konsisten dan sangat bersifat subyektif tergantung dari keahlian operator
yang melakukannya. Penggunakan alat seperti spektrofotometer atau kolorimeter
dinilai masih mahal dan tidak didesain untuk kepentingan komersial. Sehingga
terdapat kebutuhan akan suatu peralatan yang murah, mudah dan bersifat non
destruktif untuk dapat mengukur tingkat kematangan buah pisang.
Pada penelitian ini dilakukan studi pengembangan peralatan untuk mengidentifikasi
tingkat kematangan buah pisang. Metode yang dilakukan berdasarkan perubahan
warna kulit buah pisang dari hijau menjadi kuning selama proses pematangan.
Perubahan warna kulit tersebut terjadi karena perubahan kandungan pigmen
klorofil yang ada pada kulit pisang. Kandungan klorofil tersebut akan semakin
berkurang seiring dengan proses pematangan. Untuk itu dikembangkan peralatan
menggunakan prinsip pantulan cahaya tampak pada kulit buah pisang. Cahaya
tampak yang digunakan dalam penelitian ini adalah hijau (500-560 nm), jingga
(580-610 nm), dan merah (600-650 nm). Sebuah spektrofotometer pada rentang
spektrum 350-700 nm digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini, dengan
sumber cahaya berasal dari lampu halogen untuk dapat memenuhi rentang panjang
gelombang pada spektrofotometer.
Hasil pengukuran dengan menggunakan alat yang dikembangkan memberikan nilai
rata-rata reflektansi terhadap perubahan tingkat kematangan mendekati hasil
pengukuran nilai reflektansi menggunakan spektrofotometer terutama untuk cahaya
merah dan jingga yang memberikan nilai koefisien korelasi R2=0.9632 dan 0.9119,
sedangkan cahaya hijau memberikan nilai koefisien korelasi R2=0.2609. Hasil
pengukuran nilai reflektansi dengan menggunakan alat yang dikembangkan
memberikan rentang nilai reflektansi cahaya merah sebesar 30%-39%, 39%-49%,
49%-59%, 59%-67% dan di atas 67% untuk tingkat kematangan 2,3,4,5 dan 6.
Sedangkan untuk cahaya jingga rentang nilai reflektansi sebesar 35%-45%, 45%-
50%, 50%-58%, 58%-67% dan di atas 67% untuk tingkat kematangan 2,3,4,5 dan
6. Untuk cahaya hijau, hasil pengukuran reflektansi memberikan hasil yang relatif
sama pada semua tingkat kematangan sehingga tidak dapat digunakan untuk
melakukan pengukuran tingkat kematangan buah pisang. Dan untuk tingkat
kematangan 7, alat yang dikembangkan memberikan rentang nilai reflektansi yang
sangat lebar dikarenakan bintik coklat yang muncul pada kulit pisang secara acak.
Sehingga alat yang dikembangkan tidak bisa memberikan pengukuran untuk
tingkat kematangan 7.
Pengujian dengan menggunakan 71 sampel pada tingkat kematangan 2 sampai
dengan 6 menghasilkan prediksi 55 benar (77%), 11 kurang matang satu tingkat
(16%) dan 5 lebih matang satu tingkat (7%) untuk cahaya merah dan menghasilkan
prediksi 38 benar (54%), 13 kurang matang satu tingkat (18%) dan 20 lebih matang
satu tingkat (28%) untuk cahaya jingga.