2008_TS_PP_KURNIASIH_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB
Terbatas agus slamet
» ITB
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh bioenkapsulasi Spirulina sp. dalam Artemia sp. terhadap kesintasan dan pertumbuhan pascalarva (PL) udang putih dan memperoleh konsentrasi optimum Spirulina sp. yang diperlukan dalam proses bioenkapsulasi tersebut. Tahapan penelitian yang dilakukan: (1) produksi biomasa Spirulina sp. dalam medium Schlösser, (2) penentuan metode penetasan kista Artemia sp. yang terbaik (nondekapsulasi, dekapsulasi dengan klorin, serta dekapsulasi dengan klorin dan basa), (3) bioenkapsulasi Spirulina sp. dan produk komersial ke dalam Artemia sp. dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm, dan (4) pengujian pengaruh produk bioenkapsulasi Artemia sp. pada kesintasan dan pertumbuhan PL udang putih yang dipelihara selama 10 hari. Pada tahap ke-4, PL udang putih dipelihara dalam beaker glass bervolume 2 L yang dilengkapi dengan sistem aerasi, dengan kepadatan awal 40 individu/beaker glass. Selanjutnya, beaker glass tersebut diletakkan dalam water bath yang dijaga suhunya pada kisaran 29±1oC. Selama penelitian, salinitas medium pemeliharaan dipertahankan sebesar 30 ppt dan laju aerasi dipertahankan 500 mL/menit. Beberapa parameter yang meliputi kesintasan dan pertumbuhan PL udang putih, serta kualitas air (amonium, nitrit, nitrat, DO, pH, suhu, salinitas, kepadatan bakteri Vibrio sp. dan total bakteri) dipantau selama periode kultur. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga replikasi dan dua kali ulangan (11x3x2). Produktivitas kultur Spirulina sp. sebesar 0,02 g/L/hari selama 7 hari periode kultur. Metode penetasan kista Artemia terbaik adalah dekapsulasi menggunakan klorin dengan waktu penetasan tersingkat (18 jam) diikuti oleh dekapsulasi dengan klorin dan basa (20 jam), dan nondekapsulasi (24 jam). Selain itu, dekapsulasi dengan klorin juga dapat menurunkan kepadatan vibrio dan total bakteri (3,33x102 CFU/mL; 3,33x104 CFU/mL) lebih rendah dibandingkan dekapsulasi dengan klorin dan basa (6,67x102 CFU/mL; 4,3x104 CFU/mL) dan nondekapsulasi (1,07x104 CFU/mL; 1,57x106 CFU/mL). Kesintasan PL udang tertinggi dijumpai pada bioenkapsulasi produk komersial sebanyak 400 ppm (96,67±2,89%), diikuti oleh Spirulina 400 ppm (95,83±2,89%), sedangkan kesintasan terendah terjadi pada kontrol (40,83±3,82%). Berat tubuh PL tertinggi dijumpai pada pemberian produk komersial sebanyak 500 ppm (11,45±0,06 mg) diikuti oleh Spirulina 500 ppm (9,04±0,34 mg), sedangkan berat tubuh terendah dijumpai pada kontrol (5,99±0,23 mg). Panjang tubuh tertinggi dijumpai pada pemberian produk komersial sebanyak 500 ppm (13,34±0,62 mm) diikuti oleh Spirulina 500 ppm (13,18±0,17 mm), sedangkan panjang PL terendah dijumpai pada kontrol (11,03±0,22 mm). Berdasarkan analisis ekonomi usaha pembenihan udang putih skala rumah tangga dengan 10 kali siklus produksi, bioenkapsulasi Spirulina sp. memberikan selisih laba sebesar Rp404.991.600 per tahun dan pay back period (PBP) tiga kali lebih cepat dibandingkan pada pembenihan tanpa bioenkapsulasi selama 1 tahun produksi. Laba dan PBP pembenihan udang dengan bioenkapsulasi Spirulina hampir sama dengan capaian laba dan PBP pada bioenkapsulasi produk komersial. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Spirulina sp. berpotensi digunakan dalam bentuk bioenkapsulasi Artemia untuk meningkatkan kesintasan dan pertumbuhan pascalarva udang putih.
Perpustakaan Digital ITB