2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-COVER.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-BAB_1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-BAB_2.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-BAB_3.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-BAB_4.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-BAB_5.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_IKA_PURWIDYANINGRUM_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC yana mulyana
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum terjadi.
Prevalensi hipertensi meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk
usia lebih dari 18 tahun di Indonesia sebesar 25,8%. Selain itu respon masingmasing individu terhadap obat antihipertensi berbeda. Kebanyakan pasien
hipertensi akan memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
target tekanan darah, Obat antihipertensi digunakan dalam jangka waktu yang
lama sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Saat ini masih terbuka
peluang untuk menemukan obat antihipertensi yang efektif dan lebih aman dari
tanaman. Banyak tanaman di Indonesia yang memiliki efek menurunkan tekanan
darah, antara lain matoa (Pometia pinnata) yang sudah digunakan oleh
masyarakat Pajang-Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek
antihipertensi matoa dan mengetahui mekanisme kerjanya.
Uji diuretik-saluretik dilakukan sebagai uji awal dalam menyeleksi terhadap tiga
bagian tanaman matoa yang berkhasiat antihipertensi yang paling besar. Uji
dilakukan terhadap tiga simplisia yaitu daun, biji dan kulit buah matoa. Simplisia
terpilih dilanjutkan ke tahap pemisahan berikutnya sehingga diperoleh fraksi dan
subfraksi. Rancangan penelitian yang digunakan pada setiap pelaksanaan uji
aktivitas in vivo dan in vitro adalah randomized control group design. Uji
mekanisme kerja antihipertensi dilakukan terhadap ekstrak, fraksi dan subfraksi
terpilih, yang meliputi diuretik-saluretik, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Calcium Channel Blocker (CCB), alfa bloker, beta bloker serta
kadar Oksida Nitrat (NO) dengan pereaksi Griess. Kemudian dilakukan uji
toksisitas akut terhadap ekstrak simplisia terpilih.
ii
Uji diuretik-saluretik dilakukan terhadap semua simplisia matoa dengan dosis 50
mg/kg bb, 100 mg/kg bb dan 150 mg/kg bb. Ekstrak etanol daun, kulit buah dan
biji matoa memiliki aktivitas diuretik pada tikus jantan galur Wistar tapi yang
berkhasiat saluretik-natriuretik hanya ekstrak daun matoa dosis 50 mg/kg bb
sehingga daun dipilih untuk penelitian lebih lanjut.
Pemberian ekstrak etanol daun matoa sampai dosis 5.000 mg/kg bb tidak
menyebabkan kematian mencit dan tidak menimbulkan gejala klinis yang berbeda
terhadap kelompok kontrol. Perkembangan bobot badan mencit selama 14 hari
menunjukkan pola perkembangan bobot badan yang mirip dan tidak berbeda
bermakna terhadap kelompok kontrol. Tidak ada hewan yang mati selama
pengujian sehingga diketahui bahwa dosis letal 50 (LD50) lebih besar dari 5.000
mg/kg bb. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun matoa
aman dan praktis tidak toksik.
Fraksinasi ekstrak etanol daun matoa dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair
dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat, sehingga diperoleh fraksi
n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air. Fraksi n-heksana sangat kecil sehingga
tidak dilanjutkan.
Uji efek antihipertensi terhadap ekstrak dan fraksi air dan etil asetat daun matoa
dengan penginduksi NaCl-prednison selama 28 hari dilanjutkan dengan terapi
selama 28 hari dilengkapi dengan pemeriksaan kolagen dan indeks organ jantung
menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi memiliki efek sebagai antihipertensi,
tetapi fraksi air tidak berbeda bermakna secara statistik. Uji parameter indeks
organ jantung menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok
perlakuan dan kelompok normal. Ekstrak dan fraksinya menurunkan jumlah
kolagen secara kualitatif.
Subraksinasi, dilakukan pada fraksi etil asetat secara kromatografi cair vakum.
Hasil uji efek diuretik-saluretik menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dan
semua fraksinya memiliki efek diuretik dan fraksi etil asetat memiliki aktivitas
diuretik dan saluretik.
Uji penghambatan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) diukur dengan metode
uji Cushman dan Cheung dengan beberapa modifikasi, menggambarkan bahwa
IC50 ekstrak etanol 57,21 ± 3,78 ppm, fraksi etil asetat 60,28 ± 4,97 ppm, fraksi air
95,52 ± 4,43 ppm, subfraksi yang mengandung kuersetin kuersitrin (SFQQ) 26,78
± 1,41 ppm, subfraksi yang mengandung kuersitrin (SFQ) 29,64 ± 1,34 ppm,
kuersetin 73,11 ± 3,08 ppm dan kaptopril 1,79 ± 0,49 ppm. Yang menunjukkan
efek paling kuat adalah subfraksi yang mengandung kuersetin-kuersitrin.
Uji efek alfa bloker melalui uji vasodilatasi terhadap aorta kelinci dengan induksi
Norepinefrin 2,9 x 10
-3
mM menyatakan bahwa, FEM 2 dan FEM 3 memiliki efek
sebagai alfa bloker secara ex vivo. Ekstrak daun matoa dosis 50 mg/kg bb (EDM
1) dan 100 mg/kg bb (EDM 2), fraksi etil asetat daun matoa dosis 8,71 mg/kg bb
(FEM 2) dan 13,06 mg/kg bb (FEM 3) memiliki efek sebagai sumber oksida nitrat
(NO), setelah dikonfirmasi dengan metilen biru. Selanjutnya dilakukan uji
iii
pelepasan NO secara in vivo. Hasil penetapan kadar NO dengan pereaksi Griess
menunjukkan bahwa FEM 2 pada waktu 30 menit setelah pemberian sampel uji
berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol negatif.
Berdasarkan hasil uji penghambatan kanal kalsium melalui uji vasodilatasi
terhadap aorta kelinci dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun matoa dosis 150
mg/kg bb (EDM 3) menunjukkan efek vasodilatasi dengan persentase relaksasi
yang berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,05) dan tidak berbeda bermakna
terhadap nifedipin. SFQQ menunjukkan onset relaksasi yang sebanding dengan
nifedipin tetapi berbeda bermakna terhadap kontrol. Kelompok lain yaitu EDM 2,
fraksi air dosis 10,94 mg/kg bb (FAM 1), fraksi air dosis 21,88 mg/kg bb (FAM
2), fraksi air dosis 32,82 mg/kg bb (FAM 3), FEM 3, SFQ dan kuersetin
memberikan efek vasodilatasi berbeda bermakna terhadap kontrol dan nifedipin
(p<0,05), artinya efek vasodilatasi yang lebih kecil dari pada nifedipin. Sedangkan
kelompok fraksi etil asetat dosis 4,35 mg/kg bb (FEM 1), FEM 2, tidak
memberikan efek vasodilatasi. Sehingga dapat disimpulkan yang memberikan
hambatan kanal kalsium adalah EDM 3 dan SFQQ.
Hasil uji hambatan beta-1 di jantung kodok berdasarkan parameter frekuensi
denyut jantung dinyatakan bahwa, semua kelompok perlakuan tidak berbeda
bermakna terhadap bisoprolol. Berdasarkan parameter amplitudo, EDM 1, EDM
2, FEM 1, SFQ dan kuersetin dinyatakan tidak berbeda bermakna terhadap
bisoprolol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa EDM 1, EDM 2, FEM 1, SFQ dan
kuersetin memberikan hambatan beta-1 di jantung.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun matoa
dan fraksinya memiliki aktivitas antihipertensi yaitu menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik dan memberikan penurunan sebaran kolagen jantung pada
tikus hipertensi yang diinduksi dengan NaCl-Prednison. Fraksi etil asetat daun
matoa dosis 4,35 mg/kg bb (FEM 1) memiliki mekanisme kerja sebagai alfa
bloker dan beta bloker. Fraksi etil asetat daun matoa dosis 9,71 mg/kg bb (FEM 2)
memiliki mekanisme kerja sebagai diuretik-saluretik dan produksi NO, fraksi etil
asetat dosis 12,06 g/ kg bb (FEM 3) mempunyai mekanisme kerja sebagai
diuretik-saluretik. Fraksi air daun matoa dosis 10,94 mg/kg bb (FAM 1) memiliki
mekanisme sebagai beta bloker. Subfraksi yang mengandung kuersetin kuersitrin
9 µg/ mL memiliki mekanisme sebagai ACEI, CCB dan alfa bloker, subfraksi
yang mengandung kuersitrin memiliki mekanisme kerja sebagai ACEI. Ekstrak
etanol daun matoa aman digunakan dan praktis tidak toksik.