digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dari segi biaya, pengembangan pembangkit listrik geotermal akan membutuhkan sekitar 40% dari semua biaya yang dikeluarkan untuk sumur dan pengembangan lapangan. Hal ini menyebabkan tantangan bagi sumur sehingga biaya lebih efisien. Untuk menjawab tantangan tersebut, salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan mengurangi diameter menjadi kecil atau biasa dikenal dengan deep slim hole yang harganya sekitar 25% dari sumur konvensional. Namun sayangnya, lubang yang hemat biaya ini memiliki kelemahan utama. Sumur jenis ini umumnya tidak cocok untuk digunakan produksi komersial. Dengan demikian, lubang diameter standar lain harus dibangun agar bisa dikomersilkan dengan baik. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan apakah pengeboran deep slim hole sebenarnya hemat biaya dalam jangka panjang atau hanya di fase awal. Makalah ini akan mengevaluasi sisi ekonomis dari sumur berbagai tipe diameter, menyajikan perbandingan biaya satu sumur dengan diameter kecil, standar, dan besar, baik vertikal maupun berarah. Hal ini terklarifikasi bahwa peningkatan diameter, kedalaman, dan deviasi meningkatkan biaya yang dikeluarkan untuk sumur. Makalah ini juga akan mensimulasikan skenario dengan menggunakan 5 diameter kecil atau standar pada tingkat keberhasilan pengeboran 0-100%, menawarkan pilihan skenario terbaik. Ditemukan bahwa deep slim hole hemat biaya jika digunakan dalam tahap eksplorasi dimana tingkat keberhasilan pengeboran rendah, namun pada titik tertentu dimana tingkat keberhasilan pengeboran cukup tinggi, sumur standar adalah pilihan terbaik. Kemudian diselidiki lebih lanjut dengan uji sensitivitas tingkat keberhasilan kedalaman, biaya, dan pengeboran, menghasilkan konsep sederhana untuk menentukan kapan deep slim hole harus digunakan dengan menggunakan rasio biaya deep slim hole dan lubang standar.