digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Industri otomotif di Indonesia merupakan salah satu sektor strategis yang menghadapi tantangan signifikan akibat menurunnya kinerja pasar domestik. Di tengah kondisi ini, PT sebagai salah satu pemain utama menghadapi tantangan dalam mengelola inventori part impor. Komitmen perusahaan untuk selalu memenuhi permintaan pelanggan yang sangat fluktuatif demi menjaga pangsa pasar membuat kebijakan inventori yang diterapkan saat ini bersifat reaktif. Akibatnya, perusahaan bergantung pada pemesanan darurat (Critical Part Order atau CPO) yang berbiaya tinggi untuk menghindari kehabisan stok dan mencegah lost sales di tengah meningkatnya kompetitor. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah kebijakan inventori yang proaktif dan adaptif untuk menurunkan ketergantungan pada pemesanan darurat dan meminimalkan total biaya inventori. Untuk mencapai tujuan tersebut, dikembangkan sebuah model simulasi Model Predictive Control (MPC) satu tahap yang diadaptasi dari kerangka kerja Distributed Economic Model Predictive Control (DE-MPC) oleh Köhler dkk. (2021). Model ini bekerja dengan mekanisme rolling horizon sepanjang 13 periode menggunakan prediksi permintaan yang diperbarui secara adaptif serta parameter stabilitas (W) untuk mengendalikan rencana pemesanan. Kinerja kebijakan usulan kemudian dievaluasi dengan membandingkan hasil simulasinya terhadap kebijakan existing selama periode satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan usulan berbasis MPC memberikan perbaikan performa yang signifikan, dengan total biaya inventori berhasil diturunkan dari Rp19.098.646.873 menjadi Rp17.317.384.300, menghasilkan penghematan sebesar 9,33%. Penghematan ini terutama dicapai melalui penurunan signifikan biaya CPO, meskipun terdapat peningkatan biaya simpan dan biaya beli akibat strategi proaktif model dalam menjaga ketersediaan stok. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan lebih siap menghadapi fluktuasi permintaan dan potensi ketidakpastian pasar. Dengan demikian, kebijakan usulan dinilai lebih unggul dari sisi biaya dan stabilitas operasional serta layak dipertimbangkan perusahaan.