Sejak era 1990-an, seni rupa kontemporer Indonesia telah dipamerkan di berbagai belahan dunia. Hal ini terlihat dari maraknya keterlibatan perupa-perupa Indonesia dalam perhelatan bienal di negara-negara lain. Bienal membuka kesempatan bagi para perupa lokal untuk unjuk diri dalam arus seni rupa kontemporer internasional.
Di sisi lain, perupa juga berkewajiban untuk memenuhi kepentingan institusi penyelenggara, yang menjadikan sistem pembuatan karya seni untuk bienal berbasis proyek. Dalam pembuatan karya seni berbasis proyek, perupa tidak hanya
disibukkan oleh pertimbangan estetik tetapi juga perkara manajerial. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembuatan karya seni dari perspektif manajemen proyek.
Titarubi dipilih sebagai sampel penelitian ini karena ia adalah perupa Indonesia yang berpengalaman dalam membuat karya-karya berskala besar untuk institusi internasional. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini ada dua;
Pertama, bagaimana riwayat penerapan manajemen proyek dalam karier Titarubi?
Kedua, bagaimana manajemen proyek seni untuk pembuatan karya History Repeats itself dijalankan oleh Titarubi untuk partisipasinya dalam Singapore Biennale 2016? Adapun teori yang digunakan sebagai landasan analisis adalah teori
Manajemen Proyek dari Project Management Institute, manajemen seni dari Giep Hagoort, dan Seni sebagai Aktivitas Kolektif dari Howard Becker.
Penelitian ini pertama-tama mengkaji riwayat kekaryaan Titarubi secara umum untuk mencari kecenderungan manajemen dalam kekaryaan Titarubi. Setelah itu,
dilakukan studi spesifik terhadap proses pembuatan karya seni History Repeats Itself dari perspektif manajemen proyek. Pembuatan karya dibagi menjadi lima
tahap, yaitu; Tahap Konseptual, Tahap Perencanaan, Tahap Implementasi, Tahap Operasi, dan Tahap Terminasi. Dikaji pula jenis-jenis pengelolaan yang dilakukan oleh Titarubi di dalamnya, seperti pengelolaan waktu, biaya, dan sumber daya manusia. Melalui pengkajian terhadap aspek-aspek manajerial tersebut, didapati suatu pola kerja yang menunjukkan interdependensi antar pelaku dalam suatu
proyek karya seni.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen proyek karya seni yang dilakukan Titarubi ini mempunyai karakteristik-karakteristik khusus; Pertama, Titarubi sebagai perupa memposisikan diri sebagai project leader yang memimpin suatu tim kerja khusus yang bekerja sama untuk merealisasikan suatu gagasan karya individual. Kedua, efektivitas bersifat relatif, tujuan absolut proyek karya seni ini adalah merealisasikan gagasan perupa Titarubi. Ketiga, perupa Titarubi sebagai eksekutor proyek dan lembaga Singapore Biennale sebagai pemangku kepentingan
menempati posisi setara, bahkan Titarubi adalah pemegang semua keputusan akhir mengenai karya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa posisi manajer sangat penting untuk meringankan kerja perupa agar dapat berfokus pada sasaran estetis namun tetap mengimbangi sasaran manajerial.