Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Bank Mikan, salah satu bank ritel dan korporasi
terkemuka di Indonesia, telah mempercepat implementasi model kerja hibridanya. Respons
proaktif ini menekankan kapasitas Bank untuk beradaptasi dan berinovasi di tengah kesulitan.
Model kerja hibrida, yang mengintegrasikan opsi kerja di tempat dan di luar tempat,
menawarkan fleksibilitas yang dibutuhkan karyawan, terlepas dari lokasi mereka. Sebuah survei
internal yang dilakukan oleh Bank mengungkapkan bahwa 80% karyawan, seperti yang
dikonfirmasi oleh manajer lini mereka, melaporkan peningkatan produktivitas di bawah model
ini. Namun, fleksibilitas ini telah menyebabkan beberapa penundaan proyek, yang menjadi fokus
dari penelitian ini. Kami menyelidiki faktor-faktor kritis yang berkontribusi terhadap penundaan
proyek dengan menggunakan kombinasi sistem sosio-teknis dan kerangka kerja inputthroughput-output sebagai dasar penelitian kami. Kami menggunakan struktur dan urutan
analisis sosioteknis untuk analisis kualitatif, termasuk analisis template dan lingkungan eksternal.
Dari analisis template kami, kami berhasil mengidentifikasi lebih dari seribu kode yang kami
berhasil kompresi menjadi 44 kode inti, menafsirkan kode tersebut ke 42 faktor di bawah 6 tema
priori sosio-teknis, mengeksplorasi efek sebab-akibat mereka, mengevaluasi hasil eksplorasi ke
pemangku kepentingan senior, mengubah struktur menjadi 42 faktor di bawah 8 tema priori
sosio-teknis dan mengusulkan sebuah model. 51 Sampel dikumpulkan dari 301 populasi tim
manajemen proyek IT. Model ini kemudian dikuantifikasi menggunakan Partial Least Square -
Structural Equation Model dan kekuatan reflektif, formatif, struktural, dan prediktifnya
dievaluasi. Kami mengintegrasikan temuan kualitatif dan kuantitatif menggunakan Prosedur
5
Integrasi Pilar (PIP) dan menghasilkan faktor-faktor kritis yang diprioritaskan, kuat, sedang, dan
lemah. Sebagai hasilnya, kami menetapkan 23 faktor-faktor kritis yang akan diprioritaskan
dalam pembuatan solusi bisnis. Kami juga memperkenalkan kerangka kerja untuk
menginterpretasikan temuan ini dan menerjemahkannya menjadi solusi bisnis. Solusi bisnis yang
disebut proyek "Flying Moby Dick" yang terbagi dalam tiga fase dihasilkan dari analisis, dan
rencana implementasi telah ditetapkan.