digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Saat ini banyak media komik dan video game yang menjadikan unsur kekerasan di dalamnya sebagai daya tarik utama, namun hal ini berakibatkan kepada naiknya tingkat kekerasan di kalangan remaja. Pada umur remaja inilah, siapa pun sangat mudah untuk dipengaruhi. Hal ini diakibatkan oleh kondisi mental dan lingkungan yang dialami oleh remaja yang mulai berubah saat remaja tersebut mulai memiliki kesadaran kedewasaan. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi informasi yang berakibat semakin cepatnya arus informasi yang kadangkala sangat sulit untuk dikendalikan. Sehingga banyak konten dengan nilai negatif tidak terbendung dan masuk ke kehidupan sehari‐hari kita, terutama nilai negatif dari kekerasan. Pencak Silat memiliki nilai pengendalian diri yang terkandung di dalamnya yang dinilai mampu untuk melawan nilai negatif dalam konten kekerasan. Dalam Pencak Silat kebanyakan gerakangerakannya digunakan untuk melumpuhkan lawan dengan cepat tanpa menimbulkan kerusakankerusakan lain. Namun hal ini memunculkan pertanyaan akan mengapa seseorang yang menguasai ilmu silat malah terpaksa untuk tidak menggunakannya demi memegang teguh kode etik dan prinsip Pencak Silat? Justru orang yang mampu mengendalikan diri ketika dia memiliki kemampuan bahkan mungkin pembenaran atas tindakannya lah, orang tersebut menguasai sepenuhnya Pencak Silat, maka Pencak Silat menjadi bela diri yang sebenarnya. Akan tetapi nilai Pencak Silat yang begitu populer di kalangan pelaku media adalah dari dari sisi kekerasan di dalamnya baik dikarenakan sangat lakunya di konten tersebut di pasar maupun preferensi dari pembuat konten itu sendiri. Hal ini juga diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi yang saat ini kita belum siap untuk menerimanya. Maka diperlukan suatu upaya untuk melawan arus trend ini yang dibawa oleh kemudahan akses teknologi dan informasi ini dengan menggunakan media yang sama namun dengan strategi komunikasi yang efektif. Untuk itu, penulis mengajukan sebuah perancangan komik interaktif yang memadupadankan teori psikologi remaja pada umumnya dan teori psikologi Locus of Control oleh Julian B. Rotter dengan pemahaman kaedah dan pengendalian diri dalam Pencak Silat. Pendekatan narasi manipulatif pun digunakan untuk menempatkan pembaca dalam posisi tokoh dalam narasi dan memilih bagaimana tokoh tersebut bertindak, sehingga menghasilkan pengalaman yang lebih dan menghadapkan pembaca terhadap konsekuensi dari pilihan yang telah mereka buat. Dengan ini, media komik interaktif diharapkan mampu memberikan pemahaman dan pengalaman yang dapat memberikan persuasi terhadap kalangan remaja akan buruknya kekerasan.