Penelitian berjudul Kebutuhan Fasilitas Ruang Kelas Inklusi ini merupakan sebuah studi awal akan kebutuhan siswa tunanetra di kelas biasa. Penelitian bertitik tolak dari isu desain universal dan fenomena pendidikan inklusif di mana siswa berkebutuhan khusus diikutsertakan dalam kegiatan belajar biasa. Didasari ketertarikan pada keunikan persepsi-ruang tunanetra di mana seni komunikasi ruang dengan pengguna tidak mungkin
dilakukan dengan bahasa visual. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab: (1)Bagaimana penanganan dinding dan lantai yang baik untuk kelas inklusif yang terdapat tunanetra di dalamnya? (2)Bagaimana jenis dan peletakkan jendela dan pintunya ? (3)Bagaimana desain meja dan kursinya ? (4)Bagaimana penataan furniturnya? Penelitian berjenis deskriptif dengan pengumpulan data: studi literatur, survey lapangan (wawancara, diskusi, observasi, dan pengukuran). Tempat survey: (1)Ruang kelas 1 dab 2 SDLB A Wyataguna - kelas khusus untuk tunanetra. (2)Ruang kelas 3 dan 4 SD Tunas Harapan - SD percontohan inklusi tunanetra wilayah Bandung. (3)Ruang kelas 1 SD Sarijadi 3 - SD pelopor inklusi di Bandung. (4)Lingkungan Wyataguna - sentra tunanetra. Arah penelitian adalah mendeskripsikan gambaran interior kelas yang mengakomodasi kebutuhan siswa tunanetra dan siswa awas. Langkah penelitian: mengumpulkan data
kondisi interior dari survey, data perilaku dari observasi dan literatur lalu analisis dengan teori dan panduan desain sehingga ditemukanlah kriteria interior kelas inklusi-tunanetra.
Kesimpulan temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1)Dinding konturnya harus mudah dihafal dan dibedakan sisi-sisinya, terdapat akomodasi tempelan dari elemen garis, bagian bawah dinding mudah dibersihkan. Lantai area belajar, area depan kelas dan area koridor dibedakan melalui tekstur maupun kekerasan material. (2)Jenis jendelanya yang bukaannya tidak langsung dan lebar bukaannya bisa diatur. Jenis pintunya yang mudah
operasinya dan bisa dikondisikan terbuka terus pada saat tertentu. Peletakkan jendela yang menghadap koridor dan pintu berada pada sisi yang sama dekat dengan area papan tulis. (3)Meja dan kursi harus memberi informasi taktual mengenai arah hadap, kokoh, untuk perorangan dan sesuai antropometri siswa. Meja memiliki area penyimpanan di kolong dan cerukan, kursi memiliki sandaran. (4)Furnitur ditata sesuai kebutuhan secara konsisten untuk setiap jenis layout yang berbeda tapi tidak merubah posisi siswa tunanetra di kelas.