Penelitian ini dilakukan karena ketertarikan penulis terhadap fenomena eklektik yang terjadi pada gereja-gereja berarsitektur tradisional di Bali. Fenomena tersebut menimbulkan perubahan-perubahan pada arsitektur dan interior gereja-gereja Protestan dan Katolik di Bali. Fenomena perkembangan arsitektur gereja di atas menunjukkan bahwa sebagian merupakan pengembangan kebudayaan tradisional daerah setempat dan sebagian mengembangkan kebudayaan luar/asal atau modern, sejumlah gereja yang mengembangkan kebudayaan setempat melalui adaptasi arsitektur tradisional. Fenomena tersebut merupakan pengembangan (penyerapan, pengambilan dan penggunaan) unsur-unsur (tata ruang dan bentuk) arsitektur tradisional ke dalam arsitektur gereja. Adaptasi arsitektur tradisional dan arsitektur gereja, secara tidak langsung telah melahirkan tradisi arsitektur gereja yang khas dan berbeda dengan yang berkembang di daerah asalnya. Hal tersebut terungkap melalui sintesa hasil adaptasi pada ekspresi visual dan prinsip hakikinya, yang mencerminkan terjalinnya komunikasi yang akrab antara arsitektur gereja dengan masyarakat (umat) Kristen di daerah Bali. Beberapa komponen, terutama komponen prinsip hakiki, tidak seluruhnya beradaptasi yaitu menyangkut gagasan, nilai-nilai, pandagan, ajaran dan kepercayaan masing-masing, elemen-elemen spesifik penanda gereja sebagian besar telah diganti dengan elemen-elemen spesifik arsitektur tradisional. Kondisi masyarakat Kristen yang minoritas membentuk sosok gereja menjadi simbol sikap umat Kristen terhadap lingkungan sekitarnya.Untuk menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi digunakan ketentuan dari keputusan Sidang Sinode Abianbase untuk gereja Protestan dan Konsili Vatikan II yang menjadi latar belakang penggunaan asitektur tradisional Bali pada Gereja. Elemen-elemen arsitektur yang dianalisa meliputi tata letak, bentuk bangunan, bagian-bagian bangunan, penggunaan ornamen dan simbol. Hasil analisa perubahan arsitektur dan interior tersebut akan diperbandingkan dengan bentuk dan makna bangunan pada arsitektur tradisional Bali. Dari analisa tersebut penulis menyimpulkan pola eklektik yang diterapkan pada gereja berarsitektur tradisional di Bali dimana terdapat perbedaan pola antara gereja Katolik dan Protestan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan konsep misionaris dan pemahaman atas proses pemaknaan kembali unsur-unsur arsitektur tradisional Bali pada gereja.