digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini bertujuan mengembangkan Dynamic Building Information Modeling (D-BIM) untuk konservasi ruang adat di Desa Adat Penglipuran, Bali. Dalam konteks warisan budaya, ruang adat menghadapi tantangan dari modernisasi dan tekanan pariwisata yang berpotensi merusak tata ruang serta nilai-nilai budaya lokal. Di Bali, masyarakat adat memiliki hak khusus untuk menjaga ruang adat berdasarkan hukum adat yang diwariskan turun-temurun. Namun, perkembangan pariwisata mengakibatkan perubahan fungsi ruang dan pola hidup masyarakat, memunculkan urgensi penerapan teknologi mutakhir untuk mendokumentasikan dan mengelola tata ruang adat secara berkelanjutan. Penelitian ini menekankan pentingnya integrasi model Boundary Representation (B-Rep) dan Decision Support System (DSS) dalam D-BIM untuk mengakomodasi perubahan dinamis, selaras dengan kaidah hukum adat Bali. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat adat menjaga kelestarian budaya, sembari mendukung keseimbangan dengan kebutuhan pengembangan ekonomi berbasis pariwisata. Metode yang diterapkan mencakup High Definition Survey (HDS) untuk mendokumentasikan ruang adat secara detail, serta penerapan Building Information Modelling (BIM) berbasis 3D yang mendukung visualisasi dan analisis tata ruang adat secara komprehensif. Data spasial diperoleh melalui teknologi Terrestrial Laser Scanning (TLS) dan Unmanned Aerial Vehicle (UAV), yang menghasilkan data point cloud dan peta foto udara dengan ketelitian tinggi. Integrasi data spasial ini dalam model D-BIM berbasis 3D memungkinkan pelacakan perubahan fisik dan penggunaan ruang di wilayah adat secara tepat dan efisien. Proses pemodelan ini meliputi akuisisi data lapangan, pemrosesan data point cloud, serta integrasi informasi hukum adat dalam struktur BIM melalui modifikasi skema Industry Foundation Classes (IFC), yang memungkinkan pengelolaan data spasial dan semantik dalam satu platform digital. Kajian ini menunjukkan bahwa penerapan D-BIM yang dinamis dapat mengatasi keterbatasan BIM tradisional yang bersifat statis. D-BIM memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan perubahan tata ruang yang diatur oleh hukum adat, terutama di Desa Penglipuran yang menerapkan konsep Tri Hita Karana (THK). Dalam konsep ini, tata ruang dibagi menjadi tiga zona: zona utama sebagai pusat ibadah, zona madya sebagai area aktivitas manusia, dan zona nista sebagai tempat interaksi dengan tamu dan kegiatan ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi D-BIM yang terintegrasi dengan B-Rep dan DSS dapat mempercepat proses pengambilan keputusan terkait konservasi ruang adat. Model ini membantu mengidentifikasi batas zona adat, menganalisis dampak perubahan ruang, dan memberikan rekomendasi tindakan konservasi yang sesuai dengan norma adat. D-BIM juga memungkinkan visualisasi interaktif dari ruang adat, sehingga setiap perubahan dapat didokumentasikan dengan cepat dan efektif. Kolaborasi teknologi modern ini juga meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pendokumentasian, memberikan solusi berkelanjutan bagi masyarakat adat dalam menjaga lingkungan, budaya, dan struktur fisik warisan mereka. Kebaruan penelitian ini terletak pada pengembangan D-BIM yang mampu merespons perubahan dinamis, menjadikannya sebagai model konservasi yang fleksibel dan berkelanjutan serta pengembangan model IfcCulturalHeritage yang dapat menjadi rujukan dalam format IFC4 untuk wisata budaya dan adat. Dengan adanya D-BIM, potensi konflik antara kepentingan pariwisata dan pelestarian budaya dapat diminimalkan, mengingat model ini mendukung pemantauan berkelanjutan dan pengelolaan perubahan pada bangunan adat sesuai dengan kebutuhan hukum adat. Penelitian ini berkontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan dengan memperkenalkan model BIM yang dinamis untuk konservasi ruang adat, sebuah inovasi yang belum banyak dikembangkan dalam konteks budaya di Indonesia.