Penelitian ini bertujuan mengembangkan Dynamic Building Information Modeling
(D-BIM) untuk konservasi ruang adat di Desa Adat Penglipuran, Bali. Dalam
konteks warisan budaya, ruang adat menghadapi tantangan dari modernisasi dan
tekanan pariwisata yang berpotensi merusak tata ruang serta nilai-nilai budaya
lokal. Di Bali, masyarakat adat memiliki hak khusus untuk menjaga ruang adat
berdasarkan hukum adat yang diwariskan turun-temurun. Namun, perkembangan
pariwisata mengakibatkan perubahan fungsi ruang dan pola hidup masyarakat,
memunculkan urgensi penerapan teknologi mutakhir untuk mendokumentasikan
dan mengelola tata ruang adat secara berkelanjutan. Penelitian ini menekankan
pentingnya integrasi model Boundary Representation (B-Rep) dan Decision
Support System (DSS) dalam D-BIM untuk mengakomodasi perubahan dinamis,
selaras dengan kaidah hukum adat Bali. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat
adat menjaga kelestarian budaya, sembari mendukung keseimbangan dengan
kebutuhan pengembangan ekonomi berbasis pariwisata.
Metode yang diterapkan mencakup High Definition Survey (HDS) untuk
mendokumentasikan ruang adat secara detail, serta penerapan Building Information
Modelling (BIM) berbasis 3D yang mendukung visualisasi dan analisis tata ruang
adat secara komprehensif. Data spasial diperoleh melalui teknologi Terrestrial
Laser Scanning (TLS) dan Unmanned Aerial Vehicle (UAV), yang menghasilkan
data point cloud dan peta foto udara dengan ketelitian tinggi. Integrasi data spasial
ini dalam model D-BIM berbasis 3D memungkinkan pelacakan perubahan fisik dan
penggunaan ruang di wilayah adat secara tepat dan efisien. Proses pemodelan ini
meliputi akuisisi data lapangan, pemrosesan data point cloud, serta integrasi
informasi hukum adat dalam struktur BIM melalui modifikasi skema Industry
Foundation Classes (IFC), yang memungkinkan pengelolaan data spasial dan
semantik dalam satu platform digital.
Kajian ini menunjukkan bahwa penerapan D-BIM yang dinamis dapat mengatasi
keterbatasan BIM tradisional yang bersifat statis. D-BIM memberikan fleksibilitas
untuk menyesuaikan perubahan tata ruang yang diatur oleh hukum adat, terutama
di Desa Penglipuran yang menerapkan konsep Tri Hita Karana (THK). Dalam
konsep ini, tata ruang dibagi menjadi tiga zona: zona utama sebagai pusat ibadah,
zona madya sebagai area aktivitas manusia, dan zona nista sebagai tempat interaksi
dengan tamu dan kegiatan ekonomi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi D-BIM yang
terintegrasi dengan B-Rep dan DSS dapat mempercepat proses pengambilan
keputusan terkait konservasi ruang adat. Model ini membantu mengidentifikasi
batas zona adat, menganalisis dampak perubahan ruang, dan memberikan
rekomendasi tindakan konservasi yang sesuai dengan norma adat. D-BIM juga
memungkinkan visualisasi interaktif dari ruang adat, sehingga setiap perubahan
dapat didokumentasikan dengan cepat dan efektif. Kolaborasi teknologi modern ini
juga meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pendokumentasian, memberikan
solusi berkelanjutan bagi masyarakat adat dalam menjaga lingkungan, budaya, dan
struktur fisik warisan mereka.
Kebaruan penelitian ini terletak pada pengembangan D-BIM yang mampu
merespons perubahan dinamis, menjadikannya sebagai model konservasi yang
fleksibel dan berkelanjutan serta pengembangan model IfcCulturalHeritage yang
dapat menjadi rujukan dalam format IFC4 untuk wisata budaya dan adat. Dengan
adanya D-BIM, potensi konflik antara kepentingan pariwisata dan pelestarian
budaya dapat diminimalkan, mengingat model ini mendukung pemantauan
berkelanjutan dan pengelolaan perubahan pada bangunan adat sesuai dengan
kebutuhan hukum adat. Penelitian ini berkontribusi pada khazanah ilmu
pengetahuan dengan memperkenalkan model BIM yang dinamis untuk konservasi
ruang adat, sebuah inovasi yang belum banyak dikembangkan dalam konteks
budaya di Indonesia.