2007 TS PP SUBAGIYO 1-BAB1.pdf
2007 TS PP SUBAGIYO 1-BAB2.pdf
2007 TS PP SUBAGIYO 1-BAB3.pdf
2007 TS PP SUBAGIYO 1-BAB4.pdf
2007 TS PP SUBAGIYO 1-BAB5.pdf
2007 TS PP SUBAGIYO 1-COVER.pdf
2007 TS PP SUBAGIYO 1-PUSTAKA.pdf
Meningkatnya kebutuhan lahan sebagai dampak dari pembangunan akan memicu kenaikan nilai tanah. Kondisi semacam itu dirasakan oleh Kota Cimahi. Pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan perkantoran dan infrastruktur di Cimahi Utara akan mempengaruhi kenaikan nilai tanah. Nilai tanah pada waktu perencanaan pembangunan kawasan perkantoran dan setelah pembangunan akan berbeda, begitu juga kenaikan nilai tanah untuk lahan terbangun maupun tidak terbangun. Penelitian ini juga mencari model terbaik dan representatif yang dapat digunakan untuk prediksi nilai tanah di masa mendatang. Pengambilan sampel nilai tanah menggunakan teknik stratified sampling dengan membuat Zona Sampel. Setiap Zona Sampel mempunyai nilai tanah rata-rata setiap tahun selama lima tahun.Klasifikasi lahan diketahui dari overlay peta zona sampel nilai tanah dengan citra satelit. Dari hasil klasifikasi. kemudian dicari perbedaan kenaikan nilai tanahnya. Pembentukan model prediksi nilai tanah dibuat dari data nilai tanah secara runtut waktu dari tahun 2002-2006. Pembentukan model trend sebagai model prediksi dilakukan dengan tujuh alternatif model. yaitu linear, logarithmic, quadratic, cubic, power, S curve, dan exponential. Model Quadratic merupakan model prediksi nilai tanah secara umum dalam wilayah penelitian. Model trend terpilih dalam tiap zona sampel, akan lebih mewakili kondisi sebenarnya daripada menggunakan model trend secara umum, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi nilai tanah tahun mendatang.Tingkat kenaikan nilai tanah pada daerah yang belum berkembang lebih tinggi daripada daerah yang sudah berkembang. Tingkat pertumbuhan nilai tanah tertinggi terdapat pada lahan belum terbangun, yaitu sebesar 27%. Tingkat pertumbuhan nilai tanah terbesar terjadi pads tahun 2002-2003, yaitu sekitar 29%. Rentang waktu antara tahun 2002-2003 merupakan rencana pembangunan kawasan perkantoran. Berdasarkan analisis regresi berganda, model terbaik untuk memprediksi nilai tanah tahun 2007 di wilayah penelitian adalah model log-lin, dengan variabel bebas yang diduga mempengaruhi nilai tanah secara signifikan adalah; jarak ke jalan (JJ) 35%, fasilitas pelayanan masyarakat (FPM) 24%. jarak ke sungai (JS) 21%, dan tutupan lahan (LC) 19%. Prosentase NJOP terhadap nilai ganti rugi untuk jenis tanah kosongipersawahan adalah sebesar 94,1%. Hal ini menyatakan bahwa NJOP sangat berperan dalam penentuan nilai ganti rugi. Prosentase NJOP terhadap nilai ganti rugi untuk jenis tanah daratlpemukiman sebesar 37,4%, yang menyatakan bahwa NJOP di wilayah tersebut belum dapat dijadikan sebagai tolok ukur perhitungan nilai ganti rugi. Hal tersebut dapat disebabkan NJOP di wilayah pemukiman mempunyai assesment ratio yang rendah.
Perpustakaan Digital ITB