Kawasan pesisir Malalayang di Kota Manado dalam beberapa tahun terakhir semakin sering mengalami limpasan gelombang, terutama ketika gelombang ekstrem bertepatan dengan muka air laut tinggi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa seawall eksisting berpotensi tidak lagi memadai dalam memberikan perlindungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi keandalan struktur seawall eksisting terhadap limpasan gelombang serta menilai kemampuan struktur dalam menghadapi kondisi ekstrem jangka panjang. Analisis dilakukan menggunakan data angin dan gelombang selama 22 tahun (2002–2024). Tinggi gelombang signifikan diturunkan dari hasil hindcasting dan dianalisis nilai ekstremnya menggunakan distribusi Generalized Extreme Value (GEV). Tinggi gelombang rencana yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung run-up berdasarkan Shore Protection Manual (SPM, 1984) dengan acuan muka air pasang tertinggi (HHWL). Hasil menunjukkan bahwa run-up maksimum untuk periode ulang 100 tahun mencapai 5,76 m, sementara elevasi puncak seawall eksisting hanya +4,90 m. Bahkan pada kondisi statis (HHWL = 4,12 m), elevasi muka air telah mendekati crest, menunjukkan bahwa struktur berada dalam kondisi kritis sebelum mempertimbangkan efek run-up. Analisis keandalan menggunakan metode FORM II (HL–RF) memperlihatkan bahwa tinggi gelombang ambang pada kondisi eksisting jauh lebih rendah dibandingkan variasi gelombang aktual, sehingga sebagian besar kejadian gelombang melampaui elevasi puncak struktur. Probabilitas kegagalan yang dihasilkan mendekati 1, menunjukkan bahwa seawall eksisting tidak andal dalam menahan limpasan. Sebaliknya, skenario peninggian crest hingga +9,86–9,89 m menghasilkan probabilitas kegagalan mendekati nol, menandakan peningkatan keandalan yang signifikan. Temuan ini menegaskan perlunya peninggian crest serta penyesuaian geometri seawall sebagai upaya perbaikan agar struktur kembali mampu berfungsi secara efektif menghadapi gelombang ekstrem.
Perpustakaan Digital ITB