Komitmen Indonesia untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2060 serta penurunan
bertahap penggunaan batu bara menimbulkan tantangan strategis yang signifikan bagi
perusahaan tambang swasta. Penelitian ini menganalisis bagaimana sebuah perusahaan
tambang di Kalimantan Timur (KJA) dapat tetap menghasilkan nilai dari cadangan Pit B
sebesar 30 juta ton selama masa transisi. Tiga opsi strategi dievaluasi: pertama,
mempertahankan operasi sebagai penambang batu bara mandiri, kedua yaitu melakukan
integrasi vertikal ke pembangkit listrik dengan membangun fasilitas Integrated Gasification
Combined Cycle (IGCC) berkapasitas 300 MW yang mampu beralih ke bahan bakar
berkarbon lebih rendah, dan ketiga melepaskan aset batu bara kepada pihak eksternal. Studi
ini mengintegrasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, konteks industri
disusun menggunakan PESTLE dan Porter’s Five Forces, serta analisis pemangku
kepentingan yang menekankan keselarasan kebijakan, dampak terhadap komunitas, dan
keandalan pembeli akhir. Desain acuan IGCC diidentifikasi dengan penekanan pada
fleksibilitas bahan bakar. Secara kuantitatif, arus kas proyek dimodelkan menggunakan Free
Cash Flow to Firm (FCFF) dan didiskontokan dengan Weighted Average Cost of Capital
(WACC) per spesifik proyek dan tidak digunakan nilai terminal mengingat pembatasan masa
berlaku izin dan deplesi cadangan pada segmen tambang maupun pembangkit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan operasi sebagai tambang
menghasilkan valuasi fundamental sekitar USD 58,5 juta pada asumsi acuan, sementara
divestasi memberikan arus kas langsung sekitar USD 75 juta. Pilihan menggunakan IGCC
menghasilkan nilai sekitar USD 147,6 juta dan menawarkan nilai jangka panjang tertinggi,
dengan prasyarat tercapainya asumsi tarif dan efisiensi serta pengelolaan risiko eksekusi.
Analisis sensitivitas menegaskan tiga pengungkit utama: harga batu bara/tarif, stripping ratio,
serta belanja modal dengan efisiensi, perubahan WACC secara material memengaruhi hasil
seluruh alternatif. Secara keseluruhan, bukti penelitian mendukung IGCC sebagai strategi
paling kuat untuk meningkatkan nilai sekaligus memastikan keberlanjutan usaha dan
penyelarasan perusahaan dengan transisi energi hijau, dengan opsi divestasi sebagai proteksi
bawah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Perpustakaan Digital ITB