PT PLN sebagai perusahan penyedia listrik terbesar di Indonesia mempunyai peran
penting dalam percepatan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE)
pada 2060 sebagai komitmen Indonesia dalam Paris Agreement. Berdasarkan
laporan pemakaian sendiri Gardu Induk tahun 2020-2024 konsumsi energi
menagalami peningkatan setiap tahunnya yaitu sebesar 99,6 GWh menjadi 118,46
GWh dimana dalam hal ini akan menjadi beban operasional perusahaan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi integrasi sistem energi terbarukan berupa
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan sistem penyimpanan energi baterai
(BESS) sebagai sumber daya baru untuk mengurangi biaya operasional Gardu
Induk. Studi kasus difokuskan pada Gardu Induk 150 kV Ciledug, yang memiliki
potensi energi surya cukup tinggi dan luas lahan yang memadai.
Pada penelitian ini diawali dengan merancang secara teknis sistem PLTS
menggunakan aplikasi PVSyst untuk mendapatkan potensi kapasitas maksimal
PLTS berdasarkan luas lahan yang tersedia, iradiasi matahari dan parameter teknis
sistem PV. Kemudian dari hasil olah data PVSyst digunakan untuk data masukan di
aplikasi HOMER dengan membandingkan 2 skenario yaitu: skenario Grid PLNPLTS
dan skenario Grid PLN-PLTS-BESS. Kemudian dari masing-masing
skenario dianalisis dari sisi teknis dan keekonomiannya (LCOE,Net Present Cost,
Payback Period, dan IRR).
Dari hasil penelitian, diperoleh konfigurasi paling optimal untuk perencanaan
pembangunan PLTS GI 150 kV Ciledug yaitu skenario Grid PLN-PLTS dengan
konfigurasi PV 68 kWp yang memproduksi total listrik sebesar 92.655 kWh/tahun,
serta fraksi EBT sebesar 24,8%. Matrik ekonomi menunjukan IRR dan Payback
Period bernilai positif yaitu 13% dan 7,02 tahun. Pada ringkasan biaya
membutuhkan biaya Investasi sebesar Rp838.530.019. Nilai NPC dan LCOE pada
konfigurasi ini menjadi yang paling kecil dibandingkan skenario yang lain, yaitu
Rp5.203.280.923,25 dan Rp1.316,85/kWh.
Perpustakaan Digital ITB