Tesis ini mengkaji tantangan adaptasi strategis yang dihadapi oleh PT SIAGA2, penyedia layanan pemeliharaan fasilitas industri nasional di Indonesia, setelah penerapan regulasi pemerintah baru (SKK Migas EDR-0335/2024) yang secara fundamental mengganggu model bisnis inti perusahaan. Perubahan regulasi membatasi akses ke proyek Oil & Gas K3S dengan nilai di bawah Rp50 miliar secara eksklusif untuk perusahaan menengah dan perusahaan provinsi lokal, menghilangkan akses PT SIAGA2 ke segmen pasar yang secara historis merupakan 87,7% dari pendapatan puncak. Gangguan ini mengakibatkan kontraksi pendapatan sebesar 58,5% pada segmen OG-K3S dari Rp142,6 miliar pada tahun 2023 menjadi Rp59,1 miliar pada tahun 2024, sementara konsentrasi portofolio ekstrem—dengan 99,5% ketergantungan pendapatan pada minyak dan gas—menciptakan kekhawatiran keberlanjutan bisnis yang kritis dan memerlukan transformasi strategis mendesak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran yang komprehensif dengan mengintegrasikan analisis lingkungan eksternal melalui kerangka PESTEL dan Porter's Five Forces, penilaian kemampuan internal menggunakan analisis VRIO, generasi alternatif strategis melalui TOWS Matrix, dan evaluasi sistematis menggunakan Multi-Criteria Decision Making dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data primer melibatkan wawancara semi-terstruktur dengan tujuh pemangku kepentingan utama yang mewakili manajemen senior, manajer proyek, dan perspektif klien, sementara analisis data sekunder mencakup catatan keuangan perusahaan dan dokumentasi operasional dari periode 2017-2024. Data kualitatif menjalani analisis tematik menggunakan metodologi Gioia untuk mengidentifikasi pola strategis, sementara evaluasi kuantitatif melalui AHP memungkinkan prioritisasi sistematis alternatif strategis terhadap berbagai kriteria yang mencerminkan kemampuan organisasi dan prioritas pemangku kepentingan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Inovasi Model Bisnis muncul sebagai dimensi strategis prioritas tertinggi dengan bobot 34,0%, menekankan bahwa transformasi fundamental dari mekanisme penciptaan dan penyampaian nilai sangat penting untuk kelangsungan hidup. Strategi Posisi Pasar menerima prioritas 29,2%, dengan Potensi KepemiSIAGA2nan Pasar (16,9%) diidentifikasi sebagai sub-kriteria tertinggi tunggal, menyoroti urgensi membangun posisi dominan di segmen pasar yang dapat diakses. Analisis VRIO mengidentifikasi keunggulan kompetitif berkelanjutan terutama dalam kemampuan pemeliharaan mekanis khusus PT SIAGA2 untuk aktivitas Turn Around, Plant Stop, dan Change Out Catalyst, sambil mengungkapkan defisit kemampuan kritis termasuk tenaga kerja bersertifikat terbatas, kekurangan tim teknik, kesenjangan kompetensi digital, dan kendala modal kerja yang parah yang membatasi pelaksanaan proyek bernilai tinggi.
Melalui generasi TOWS Matrix sistematis dan evaluasi AHP dari tiga alternatif strategis, Strategi Diversifikasi & Restrukturisasi Pasar muncul sebagai optimal dengan bobot preferensi pemangku kepentingan 43,6%, secara signifikan mengungguli Strategi Penyedia Khusus Premium (38,6%) dan Strategi Kemitraan yang Ditingkatkan Teknologi (17,7%). Strategi transformasi portofolio komprehensif ini mengatasi kerentanan konsentrasi kritis melalui diversifikasi sektor sistematis yang menargetkan pemulihan pendapatan petrokimia dari Rp1,0 miliar menjadi Rp15-20 miliar dalam 24 bulan, pemulihan sektor pertambangan dari nol menjadi Rp20-25 miliar dalam 36 bulan, dan pengembangan sektor pembangkit listrik sebagai peluang pertumbuhan baru, sambil secara bersamaan mengimplementasikan restrukturisasi geografis di Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Sulawesi melalui kemitraan lokal untuk memastikan kepatuhan regulasi dan akses pasar.
Kerangka Inovasi Model Bisnis Strategis yang diusulkan mengintegrasikan tiga komponen prioritas tinggi: Inovasi Proposisi Nilai yang mengubah PT SIAGA2 dari penyedia umum menjadi Penyedia Keunggulan Ultra-Khusus di berbagai sektor; Transformasi Model Pendapatan yang menetapkan Kontrak Kemitraan Premium Multi-Sektor yang menargetkan keseimbangan portofolio 40% minyak dan gas, 25% petrokimia, 20% pertambangan, dan 15% pembangkit listrik; dan Evolusi Portofolio Layanan yang mengimplementasikan Peningkatan Kedalaman Strategis melalui perluasan kompetensi inti. Rencana implementasi menggunakan garis waktu transformasi 24 bulan dengan alokasi sumber daya untuk pengembangan kemampuan (30,6%), diversifikasi sektor (32,8%), restrukturisasi geografis (18,7%), dan pengukuran kinerja (17,9%), memerlukan biaya total sekitar Rp 6,7 miliar. Studi ini memberikan wawasan berharga bagi penyedia layanan industri yang menghadapi gangguan regulasi, menawarkan strategi yang dapat ditindaklanjuti yang mengintegrasikan inovasi model bisnis, pengembangan kemampuan, dan diversifikasi sistematis untuk menavigasi kendala regulasi sambil membangun keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB