ABSTRAK Rezkya Aliffa Widiyanantoputri
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus Ringkasan
Sirkulasi angin laut (sea breeze circulation, SBC) merupakan fenomena atmosfer berskala meso
yang muncul akibat perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan. Perbedaan suhu tersebut
menimbulkan gradien tekanan horizontal yang memicu aliran udara dari laut menuju darat pada
siang hari dan sebaliknya pada malam hari. Sistem ini berperan penting dalam mengatur kondisi
cuaca pesisir, memodulasi suhu permukaan, meningkatkan kelembapan, serta memicu
pembentukan awan konvektif. Di wilayah pesisir tropis seperti Indonesia, yang memiliki garis
pantai panjang dan kepadatan penduduk tinggi, pemahaman mengenai karakteristik dan dinamika
SBC menjadi penting bagi kegiatan operasional meteorologi, peringatan dini cuaca lokal, dan
keselamatan penerbangan. Meskipun demikian, kajian observasional yang menguraikan struktur
temporal, spasial, dan vertikal dari sirkulasi ini masih terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik sirkulasi angin laut
di wilayah pesisir utara Jawa bagian tengah dengan memanfaatkan data observasi permukaan dan
radar cuaca. Kajian dilakukan untuk menentukan waktu onset, kecepatan propagasi, jarak intrusi,
panjang front, dan variasi musiman SBC serta hubungan fenomena tersebut dengan kondisi
sinoptik latar. Pendekatan yang digunakan melibatkan metode penyaringan berbasis fisik (filter
method) untuk menyeleksi hari-hari dengan potensi sea breeze day (SBD), diikuti dengan analisis
spasial dan vertikal menggunakan produk radar cuaca. Data yang digunakan meliputi pengamatan
Automatic Weather Station (AWS) dengan interval 10 menit untuk mendeteksi perubahan arah
angin, suhu, dan kelembapan; data reanalisis ERA5 pada lapisan 700 hPa sebagai proksi kondisi
sinoptik; serta data radar cuaca C-Band yang diolah menjadi produk Multiple Plan Position
Indicator (MPPI) dan Volume Velocity Processing (VVP) guna mengidentifikasi struktur
horizontal dan vertikal sirkulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBC berkembang terutama pada kondisi angin sinoptik
lemah (< 11 m/s) dan kontras suhu darat–laut (?T) ? 3 °C. Sirkulasi ini umumnya mulai terbentuk
pada pukul 08.00–10.00 LT, mencapai puncak pada 13.00–15.00 LT, dan melemah menjelang
malam hari. Intrusi udara laut ke darat mencapai 15–30 km dengan kecepatan 2–8 m/s dan
kedalaman lapisan sekitar 1 km. Distribusi musiman memperlihatkan bahwa frekuensi tertinggi
terjadi pada musim peralihan kedua (SON), diikuti musim kemarau (JJA), sedangkan pada musim
hujan (DJF) fenomena ini jarang muncul akibat dominasi monsun barat yang memperkecil gradien
termal. Perubahan arah angin permukaan lebih dari 30°, peningkatan kelembapan 5–10%, dan
penurunan suhu udara siang hari menjadi indikator khas dari onset SBC. Analisis radar memperlihatkan dua lapisan utama sirkulasi, yaitu aliran darat–laut di lapisan bawah
(0–1,2 km) dan aliran balik (return flow) di lapisan atas (1,8–2 km). Nilai vertical shear di lapisan
bawah berkisar antara 2–9 (m/s)/km (?0,002–0,009 s?¹) dan mencapai maksimum sekitar 20
(m/s)/km (?0,02 s?¹) pada ketinggian 0–0,25 km. Nilai ini menunjukkan zona konvergensi kuat
akibat perbedaan momentum horizontal antara udara darat dan laut, yang berperan dalam
memperkuat pembentukan front dan proses konveksi lokal. Sistem yang terbentuk paling kuat
muncul pada kondisi ?T besar dan kecepatan angin sinoptik lemah, menghasilkan sirkulasi stabil
dengan lapisan onshore yang dalam serta aktivitas konvektif di wilayah pesisir. Hasil ini
menegaskan bahwa interaksi antara kontras termal darat–laut, kondisi angin sinoptik, dan struktur
vertikal atmosfer menjadi pengendali utama dinamika sirkulasi angin laut di wilayah pesisir utara
Jawa bagian tengah.
Perpustakaan Digital ITB