digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Yesi Ratnasari
PUBLIC Alice Diniarti

Low level wind shear (LLWS) merupakan wind shear yang terjadi antara permukaan hingga 487,7 m (1600 feet). Fenomena ini sangat membahayakan penerbangan khususnya fase take off dan landing. Namun hingga saat ini, upaya prediksi masih sulit dilakukan, karena sifat alami dari fenomena (skala kecil, variabilitas tinggi, dan durasi singkat). Akibatnya, pemahaman faktor pemicu menjadi hal krusial dalam penerbitan peringatan dini. Faktor pemicu ini berbeda setiap wilayah dan akan berpengaruh terhadap karakteristik frekuensi kejadian. Selama 2015-2019 pilot telah melaporkan 146 kejadian LLWS di bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun faktor pemicu dari setiap kasus tersebut belum diketahui. Dalam penelitian ini, faktor yang dipertimbangkan sebagai pemicu adalah awan konvektif, sea breeze front (SBF), dan land breeze front (LBF). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor pemicu dominan dan karakteristik frekuensi kejadian baik secara spasial dan temporal dari LLWS. Data yang digunakan adalah pilot report (PIREP), radar cuaca Doppler, dan automated weather observing system (AWOS) selama 2015 – 2019. Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan utama. Pertama, identifikasi kasus dengan menerjemahkan sandi PIREP. Kedua, analisis faktor pemicu dan intensitas setiap kasus menggunakan tiga produk radar dan data gusty AWOS. Ketiga, analisis faktor pemicu dominan dan karakteristik frekuensi kejadian baik secara spasial dan temporal menggunakan pengolahan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pemicu dominan LLWS adalah awan konvektif baik single maupun multicell yang disertai pola gust front (GF) dan/atau microburst (MBA). Awan didominasi dari selatan bandara yang diasosiasikan dengan konveksi kuat saat siang hari maupun sisa proses konveksi saat malam hari dari wilayah pegunungan dan dataran tinggi. Hal ini didukung dengan fluktuasi frekuensi kejadian yang maksimum pada bulan Desember-Januari-Februari (DJF) (musiman) dan membentuk pola semidiurnal dengan dua puncak (07.00 – 09.00 UTC dan 14.00 – 16.00 UTC) (diurnal). Sedangkan secara spasial, LLWS sering terjadi pada runway 25L dengan rata-rata intensitas 10,12 m/s (19,68 kt).