Indonesia berada di wilayah tropis yang mendapatkan surplus energi panas radiasi matahari sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif. Hal ini menyebabkan di Indonesia sering terjadi hujan lebat. Hujan lebat dengan durasi yang lama dapat menyebabkan bencana banjir yang menimbulkan kerugian ekonomi, kerusakan lingkungan, bahkan korban jiwa. Salah satunya bencana banjir yang terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat pada 11 Juni 2022 yang menyebabkan satu orang meninggal dunia, dua orang hilang, serta 34 rumah terendam banjir. Melihat hal ini perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang meningkatkan pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan lebat di Padang pada 11 Juni 2022 sehingga menimbulkan bencana banjir.
Pada penelitian ini digunakan data CHIRPS untuk menghitung nilai curah hujan maksimum dan data GFS sebagai data initial model WRF. Hasil model WRF digunakan untuk melihat sebaran curah hujan dan arah angin di Kota Padang. Hasil model WRF juga digunakan untuk melihat nilai kecepatan vertikal angin. Selain itu, juga digunakan data radar cuaca stasiun meteorologi kelas II Padang Pariaman yang digunakan untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya hujan lebat. Proses terjadinya hujan lebat dianalisis menggunakan nilai reflektivitas yang diperoleh dari produk CMAX radar cuaca.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hujan lebat yang terjadi pada tanggal 11 Juni 2022 disebabkan oleh pengangkatan adveksi adiabatik. Pengangkatan adveksi adiabatik menyebabkan udara naik secara vertikal sehingga memicu pembentukan awan. Pertumbuhan awan mulai terlihat pada pukul 05.38 UTC dan memasuki fase inisiasi konvektif pada pukul 06.38 UTC. Kemudian awan semakin berkembang hingga mencapai fase matang dengan nilai reflektivitas mencapai maksimum yang terjadi pada pukul 10.38 UTC. Nilai reflektivitas mulai menurun pada pukul 11.38 UTC hingga akhirnya awan konvektif punah pada pukul 16.08 UTC.